Rene L Pattiradjawane Rencana serangan terduga teroris, pekan lalu, dengan ditemukannya bom waktu dalam jumlah besar di jaringan pipa gas di kawasan Serpong, Tangerang, memberikan sebuah pertanyaan besar. Apakah kini muncul ancaman kelompok teroris baru yang sama sekali tidak dikenal dalam strata kelompok teroris yang dikenal selama ini?
Rangkaian mulai dari ancaman bom buku, aksi teror tunggal bunuh diri di Cirebon, dan rencana meledakkan pipa gas menunjukkan ada gelombang baru terorisme di Indonesia. Ini merupakan campuran antara persoalan politik domestik dan rangkaian garis fanatisme kepercayaan untuk memecah kondisi Indonesia mempertahankan laju pertumbuhan ekonominya.
Sekali lagi, kita memberikan hormat dan pujian kepada Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri, yang secara cepat dan cerdas menelisik dan menangkap pelaku terorisme yang kejam dan keji menghilangkan nyawa orang yang tidak bersalah atas nama apa pun yang dipercayai mereka.
Pada saat yang bersamaan kita pun menjadi khawatir dengan serangkaian rencana aksi terorisme. Walaupun tidak sempat menjadi peristiwa mengerikan, dalam skala holocaust seperti bom Bali 2002, aksi itu memiliki ragam jenis kreativitas teror yang sama sekali baru. Dan, yang baru, adalah sebuah imajinasi kengerian meledakkan jaringan pipa gas dan keterlibatan personel yang berbeda dengan kelompok teroris sebelumnya, menghadirkan kelompok profesional sebagai aktor. Untunglah, aksi tersebut dapat digagalkan.
Keseimbangan sosial
Polri sampai saat ini, ataupun aparatur intelijen negara, yang berhasil menangkap belasan tersangka pelaku yang beragam strata sosial dan profesi ini masih belum bisa menjelaskan apa, siapa, dan mau apa kelompok teroris. Juga belum jelas apakah bom bunuh diri di Cirebon merupakan serangkaian aksi yang terkait satu sama lain.
Kita memahami ada pergeseran tahapan aksi, motivasi, sasaran, dan pelaku terorisme di tengah perkembangan dan pertumbuhan bangsa kita dalam arus deras globalisasi ini. Ketika Samuel Huntington berbicara dalam bukunya The Clash of Civilization and the Remaking of the World Order (Simon & Schuster, 1996) tentang bentrokan peradaban mendominasi politik global, aksi terorisme pasca-serangan udara teroris terhadap Washington dan New York memicu teori Huntington.
Namun, dalam perkembangannya,....(selengkapnya baca Harian Kompas, Senin 25 April 2011, halaman 4)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.