Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terorisme Jalan Baru Menghadapi Keputusasaan

Kompas.com - 25/04/2011, 03:04 WIB

Dinamika masyarakat dunia untuk memordenisasi ternyata menghadirkan tidak memadainya substansi ekonomi ataupun tidak ditemukannya keseimbangan sosial internal yang menghasilkan ketidakadilan yang tidak tertahankan. Ini fenomena yang kita lihat terjadi di Timur Tengah dari Libya sampai Suriah, sebuah proses bentrokan di dalam peradaban merusak dan menghancurkan sendi-sendi apa pun yang dianut kekuasaan di sana.

Keputusasaan

Kita mencoba menempatkan perspektif bentrokan di dalam peradaban sendiri dalam persoalan kebangkitan terorisme gaya baru di Indonesia sebagai manifestasi apa yang disebut sebagai paideuma atau roh kebudayaan yang mengalami kerusakan sendi-sendi organik yang mencoba menggapai apa yang disebut oleh etnolog Jerman, Leo Viktor Frobenius, sebagai kemapanan kerangka kerja peradaban.

Indonesia modern dan demokratis sekarang bergerak menuju kulturalisasi berbagai kebijakan ataupun politikalisasi kebudayaan yang memang dipersiapkan untuk bentrokan politik di dalam. Ini yang menjelaskan, misalnya, kebingungan di berbagai aspek kehidupan, baik untuk memperoleh pendidikan, menaikkan mobilitas, memperoleh posisi berkualifikasi, pada status, pada pendapatan, ataupun partisipasi politik.

Ini juga yang menjelaskan kerancuan dan kebingungan ketika Partai Golkar mengirim kadernya untuk belajar soal kaderisasi dan organisasi ke Partai Komunis China (PKC) dengan menihilkan legitimasi sejarah partai ini dibentuk untuk melawan komunisme menjelang berdirinya Orde Baru pada pertengahan dekade 1960-an.

Kepercayaan atas nama apa pun akhirnya memperoleh momentum dan menjadi rallying point, sebagai sumber penyebab keputusasaan ketika melihat janji-janji perspektif kehidupan tidak muncul setelah reformasi Indonesia. Di tengah multikultural sebagai roh Indonesia di tengah derasnya arus globalisasi yang multipolar, terorisme menjadi sebuah derivatif untuk menghadirkan berbagai sumber konflik.

Ketika individualisme dan pluralisme bergerak terlalu lambat dalam membentuk demokrasi Indonesia dengan tatanan fundamental yang tidak kuat, terorisme menjadi alat dan pembenaran aksi kelompok teroris bom buku dan pipa gas. Lingkup aktivitasnya bertujuan mencari status dan membenarkan logika sendiri sehingga memicu bentrokan di dalam peradaban yang mencoba menuai kekacauan lingkup ekonomi, kekacauan harga yang didikte pasar, atau kekacauan atas kepemilikan swasta untuk membangun keuntungan komparatif mencari jalan baru atas nama kepercayaan apa pun yang dipilih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com