Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jika Memang (Benar) Wakil Rakyat...

Kompas.com - 31/03/2011, 09:55 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Para wakil rakyat mengeluh. Ruangan seluas 32 meter persegi yang ditempati saat ini terlalu sempit. Tak mampu menampung jumlah staf dan berbagai dokumen yang mendukung kerjanya sebagai wakil rakyat di Gedung DPR, Jakarta. Gedung Nusantara I, tempat mereka berkantor saat ini, dinilai sudah melebihi kapasitas sehingga diperlukan gedung yang baru. Gedung dengan anggaran Rp 1,138 triliun itu rencananya akan mulai dibangun pada 22 Juni 2011.

Suara penolakan mulai dikumandangkan. Tidak hanya dari para aktivis, tetapi juga masyarakat. Belakangan, sejumlah fraksi juga mulai menarik dukungan. Suara-suara rakyat, kelompok yang mereka wakili berikut ini, patut didengarkan, jika memang mereka benar, merasa mewakili.

Tengoklah Basri (38), yang hampir setiap hari menuju Kompleks Parlemen Senayan yang berlokasi di Jalan Gatot Subroto itu untuk mencari nafkah. Ia datang tidak dengan mobil mentereng, laiknya para wakilnya. Hanya dengan berjalan kaki, ia dorong gerobak tuanya yang bertuliskan "Lontong Sayur" dari kediamannya di Kemanggisan, Palmerah, Jakarta Barat.

Pria yang sudah menjalani profesi sebagai penjual lontong sayur sejak 2002 silam ini adalah salah satu dari beberapa pedagang yang sering menjajakan dagangan di depan Kompleks DPR. Ia juga berkomentar tentang ramainya pemberitaan tentang pembangunan gedung baru DPR. Tak setuju, itu yang diungkapkan Basri.

"Buat apalah, Mas. Malah katanya mau dikasih kolam renang juga, kayak anak kecil saja. Bener kata Gus Dur dulu, kalau mereka itu kayak anak kecil," sindir pria asal Kudus, Jawa Tengah, ini sambil menggeleng-gelengkan kepala ketika ditemui Kompas.com di depan Gedung DPR, Jakarta, Rabu (30/3/2011).

Selanjutnya, Basri pun menyampaikan pendapatnya. Menurut dia, sebagai wakil rakyat yang baik, seharusnya anggota DPR memerhatikan kesejahteraan rakyat terlebih dahulu. Pembangunan gedung baru dengan anggaran besar tak layak di saat rakyat masih tercekik dengan kondisi ekonomi yang karut-marut.

"Ya, lihat saja saya. Nyari seratus-dua ratus ribu aja susah sekarang. Kalau benar-benar wakil rakyat, saya yakin pembangunan itu tidak akan jadi, karena yang enggak setuju juga banyak," harapnya.

Suara yang sama dilontarkan Dedi (47), pria yang berprofesi sebagai penjual mi ayam ini, menilai terlalu angkuh jika DPR membuat gedung baru. Selain gaji para anggota DPR yang dinilai sudah besar, pembangunan tersebut juga merupakan usaha yang sia-sia karena banyak rakyat kecil masih belum merasakan hasil dari kinerja wakil rakyatnya.

"Lah, itu yang lama aja masih gede gitu, Mas. Ngapain dibuat baru lagi. Mending uangnya buat ngurus rakyat kecil kayak kita ini. Gaji-gaji mereka juga kan udah besar," ucap ayah empat anak ini.

Didengarkankah suara mereka?

Baca juga: Angka-angka Seputar Gedung Baru DPR

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

    Nasional
    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

    Nasional
    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

    Nasional
    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

    Nasional
    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

    Nasional
    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

    Nasional
    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

    Nasional
    Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

    Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

    Nasional
    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

    Nasional
    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

    Nasional
    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

    Nasional
    Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

    Nasional
    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

    Nasional
    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com