Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Darurat Narkotik

Kompas.com - 11/03/2011, 09:47 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Peredaran gelap narkotik di Indonesia sudah memasuki berbagai lapisan masyarakat dan aparat. Sebab itu, seharusnya negeri ini dinyatakan dalam keadaan darurat peredaran gelap narkotik. Korban akibat penggunaan narkotik pun setiap hari berjatuhan.

Berdasarkan data Badan Narkotika Nasional (BNN), diketahui sejak tahun 2003, jumlah kasus narkotik di negeri ini cenderung meningkat dengan jumlah tersangka yang juga cenderung bertambah. Tahun 2009, jumlah warga yang dirawat di pusat rehabilitasi lebih dari 17.700 orang.

Kepala BNN Gories Mere di Jakarta, Kamis (10/3/2011), juga mengakui, jaringan narkotik sangat berpotensi masuk ke segala lini di jajaran pemerintah dan masyarakat.

Ia menegaskan, ”Jaringan narkotik adalah kejahatan internasional, tidak mengenal batas negara, dan terorganisasi. Mereka dikendalikan sindikat yang menggurita dan raksasa. Sistem sel terputus. Uang banyak. Mereka bisa masuk ke semua lini.”

Ia mencontohkan, di Meksiko, jaringan narkotik memasuki unsur pemerintahan. ”Mereka masuk ke tempat wali kota. Bahkan, mantan jaksa agung ditangkap karena masuk dalam kelompok itu,” ujarnya.

Di Indonesia, kata Gories, juga ada indikasi jaringan narkotik internasional memasuki penegak hukum.

Secara terpisah, sosiolog Imam Prasodjo di Jakarta, Kamis, mengingatkan, jika keadaan Indonesia belum babak belur, isu narkotik tidak akan ditanggapi serius. ”Kondisi Kolombia dan Meksiko yang aparatnya dikendalikan narkotik bisa terjadi di Indonesia. Mereka melihat betapa perangkat masyarakat dan aparat mudah dikendalikan uang tanpa peduli dari mana asalnya,” kata Imam.

Ia bersama warga mengorganisasi penguatan masyarakat melawan narkotik di Bonang, Menteng, Jakarta. Ia mengingatkan, lembaga pemasyarakatan (LP) tertentu, seperti di Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, strategis menjadi sentra produksi dan distribusi narkotik.

”Saya pernah ke Nusakambangan. Warga sekitar tahu....selengkapnya baca Harian Kompas, Jumat, 11 Maret 2011, hal 1.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

    Jemaah Haji Kedapatan Pakai Visa Non Haji, Kemenag Sebut 10 Tahun Tak Boleh Masuk Arab Saudi

    Nasional
    BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

    BNPB Tambah 2 Helikopter untuk Distribusi Logistik dan Evakuasi Korban Longsor di Sulsel

    Nasional
    Luhut Ingatkan soal Orang 'Toxic', Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

    Luhut Ingatkan soal Orang "Toxic", Ketua Prabowo Mania: Bisa Saja yang Baru Masuk dan Merasa Paling Berjasa

    Nasional
    Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

    Mahfud Kembali ke Kampus Seusai Pilpres, Ingin Luruskan Praktik Hukum yang Rusak

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

    [POPULER NASIONAL] Eks Anak Buah SYL Beri Uang Tip untuk Paspampres | Ayah Gus Muhdlor Disebut dalam Sidang Korupsi

    Nasional
    Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

    Ganjar: Saya Anggota Partai, Tak Akan Berhenti Berpolitik

    Nasional
    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Nasional
    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Nasional
    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Nasional
    Ganjar Bubarkan TPN

    Ganjar Bubarkan TPN

    Nasional
    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com