JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat politik Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Siti Zuhro menilai kiprah Golkar dan PKS dalam polemik koalisi belakangan ini sebagai contoh buruk dalam pendidikan politik kepada masyarakat. Menurut Zuhro, mereka menerapkan standar ganda dalam menetapkan posisi politik sehingga diragukan orientasi keberpihakan politiknya.
"Pembelajaran politik yang tidak bagus. Standar ganda. Satu sisi ingin koalisi dan dapat kursi, di sisi lain mengkritisi dengan argumentasi memperjuangkan konstitusi. Standar ganda ini harus diakhiri karena tidak memberikan efek positif kematangan dalam demokrasi. Karena terkesan demokrasi gaduh, konflik," ungkapnya di Gedung DPD RI, Rabu (9/3/2011).
Zuhro juga menilai karakter dasar Golkar dan PKS akan tetap demikian jika tetap dipertahankan di dalam koalisi. Keduanya tetap tak akan segan melontarkan kritik kepada pemerintah meski statusnya juga tetap berada di dalam koalisi.
Pendidikan politik makin buruk pula ketika pemimpin yang seharusnya bersikap tegas terhadap 'anak nakal' koalisi ternyata malah plin-plan. Zuhro menyebut kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam polemik koalisi lemah.
"Ini koalisi dipaksakan karena leadership Pak SBY lemah. Ada pembiaran kondisi seperti ini untuk menutupi kekurangan dari kinerja yang tidak maksimal," tandasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.