Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PAN: Harus Ada "Punishment"!

Kompas.com - 06/03/2011, 16:44 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com —  Ketua DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Bima Arya mengungkapkan, PAN menginginkan adanya sanksi terhadap partai koalisi, Golkar dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS), yang seolah hobi berbeda sikap politik dengan partai koalisi lainnya. Menurut Bima, sanksi terhadap kedua partai tersebut lebih penting dibahas ketimbang hadiah bagi partai-partai yang "setia" dengan Demokrat selaku lokomotif Setgab Koalisi.

"Yang kita concern punisment (sanksi). Harus ada yang divonis," kata Bima, seusai diskusi "Setgab: Bubar Gerak, Jalan!" di Pancoran, Jakarta, Minggu (6/3/2011).

Bima mengatakan hal tersebut menanggapi rencana evaluasi koalisi oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pascapengambilan keputusan atas usulan hak angket mafia pajak.

Seperti diketahui, Partai Golkar dan PKS lagi-lagi berseberangan sikap politik dengan Partai Demokrat dalam pengambilan keputusan hak angket. Bima melanjutkan, sanksi terhadap partai-partai tersebut dapat berupa pengeluaran dari Setgab.

Presiden dapat memilih untuk mengeluarkan keduanya atau salah satunya. "Kita persilakan untuk ambil posisi berbeda di luar pemerintahan. Tapi, siapa yang dikeluarkan, itu wilayah prerogatif presiden," kata Bima.

Namun, Bima seolah menekankan, dari kedua partai, PKS lebih patut dikeluarkan. "Dan kalau kita amati pernyataan para petinggi PKS itu sudah sangat siap dikeluarkan," katanya melanjutkan.

Terkait kemungkinan adanya partai yang dikeluarkan dari koalisi pascaperbedaan pendapat terhadap usulan hak angket mafia pajak, Bima mengatakan, 99 persen, Presiden akan mengambil keputusan untuk itu. "Kalau menyimak pernyataan SBY, ada kata-kata sanksi, keluar dari koalisi. Rasanya 99 persen itu akan terjadi. Kita tinggal tunggu waktu," ujarnya.

Bima juga menuturkan, selain sanksi berupa pengeluaran, partai-partai yang seolah pembangkang tersebut juga akan mendapat sanksi sosial berupa penilaian buruk dari masyarakat. "Bagaimana rakyat dapat melihat konsistensi partai apakah berjuang politis atau kesejahteraan rakyat? Ini lebih berat sanksinya," tandasnya.

Ketika disinggung mengenai hadiah yang diharapkan PAN karena sependapat dengan Demokrat terhadap usulan hak angket mafia pajak, Bima mengatakan bahwa partainya menyerahkan sepenuhnya kepada Presiden. Termasuk soal kemungkinan penambahan kursi menteri untuk PAN. "Kalau soal jatah ditambah, kita serahkan semua pada SBY," tukasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

    PDI-P Sebut Anies Belum Bangun Komunikasi Terkait Pilkada Jakarta

    Nasional
    KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

    KPK: Ada Upaya Perintangan Penyidikan di Kasus TPPU SYL

    Nasional
    Prabowo Koreksi Istilah 'Makan Siang Gratis': Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

    Prabowo Koreksi Istilah "Makan Siang Gratis": Yang Tepat, Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak

    Nasional
    Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

    Giliran Cucu SYL Disebut Turut Menikmati Fasilitas dari Kementan

    Nasional
    Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

    Kinerja dan Reputasi Positif, Antam Masuk 20 Top Companies to Watch 2024

    Nasional
    KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

    KPK Sita 1 Mobil Pajero Milik SYL yang Disembunyikan di Lahan Kosong di Makassar

    Nasional
    Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

    Tak Setuju Kenaikan UKT, Prabowo: Kalau Bisa Biaya Kuliah Gratis!

    Nasional
    Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

    Lantik Pejabat Pimpinan Tinggi Pratama, Menaker Minta Percepat Pelaksanaan Program Kegiatan

    Nasional
    Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

    Akbar Faizal Sebut Jokowi Memberangus Fondasi Demokrasi jika Setujui RUU Penyiaran

    Nasional
    Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

    Tidak Euforia Berlebihan Setelah Menang Pilpres, Prabowo: Karena yang Paling Berat Jalankan Mandat Rakyat

    Nasional
    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

    Korban Dugaan Asusila Ketua KPU Bakal Minta Perlindungan LPSK

    Nasional
    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Pemerintah Belum Terima Draf Resmi RUU Penyiaran dari DPR

    Nasional
    Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Akui Cita-citanya adalah Jadi Presiden, Prabowo: Dari Kecil Saya Diajarkan Cinta Tanah Air

    Nasional
    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Budi Arie: Pemerintah Pastikan RUU Penyiaran Tak Kekang Kebebasan Pers

    Nasional
    Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Perayaan Trisuci Waisak, Menag Berharap Jadi Momentum Rajut Kerukunan Pasca-Pemilu

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com