Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

SBY Takkan Berani Depak Golkar dan PKS

Kompas.com - 24/02/2011, 17:48 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai Ketua Dewan Pembina Demokrat dinilai tak akan berani mendepak Golkar dan PKS dari gerbong koalisinya. Ancaman evaluasi dan isu perombakan kabinet pun akhirnya cuma dinilai sebagai bunga-bunga semata.

Politisi senior PDI-P, Pramono Anung, menilai komunikasi konteks rendah yang dimiliki SBY senada pula dengan gaya kepemimpinannya. Oleh karena itu, sikapnya diyakini akan bertolak belakang dengan ucapan sesumbar sejumlah elite Demokrat lainnya mengenai posisi Golkar dan PKS di koalisi.

"Jadi, selama tidak ada suatu yang luar biasa, tidak ada perubahan koalisi yang terjadi. Saya yakin Golkar yang paling hafal dan cerdas juga, paling cuma digoyang-goyang karena SBY membutuhkan Golkar. Apalagi dalam situasi politik saat ini, untuk evaluasi pun masih jauh," katanya dalam diskusi di Gedung DPR RI, Kamis (24/2/2011).

Wakil Ketua DPR ini pun menyambut baik pernyataan politisi senior Golkar, Priyo Budi Santoso, yang mengatakan ikhlas jika Demokrat mau melepaskan Golkar dari tubuh koalisi. Menurutnya, ini bukti bahwa Golkar telah memahami SBY cukup baik.

"Dia tahu SBY tak akan punya keberanian untuk mendepak Golkar, apalagi tidak ada persetujuan Bu Mega. Pak Jafar (Ketua Fraksi Demokrat Jafar Hafsah) juga bagian dari 'bunga-bunga' dan bukan pengambil keputusan. Orang yang banyak tahu (SBY) makin lama makin ingin diam karena tak ada hal luar biasa yang akan memengaruhi," ucapnya kemudian.

Ketua Fraksi Demokrat Jafar Hafsah kemudian mengatakan, evaluasi koalisi pascaputusan usulan hak angket perpajakan penting dilakukan sebagai evaluasi dari suatu kebersamaan. Menurut Jafar, koalisi dibangun atas suatu kebersamaan mendukung berjalannya pemerintahan. Jika ketidakcocokan makin besar, lanjutnya, maka suatu koalisi harus mulai dipertimbangkan.

"Untuk hal-hal penting dan strategis yang dianggap menyangkut hal-hal yang penting untuk hajat hidup rakyat itu perlu kebersamaan pandangan dalam koalisi. Kalau tidak sama kan enggak koalisi lagi. Kalau berbeda ya kita sudah paham. Kalau bersama di koalisi, tapi lebih tajam dari oposisi, kan jadi enggak lucu," ucapnya.

Jafar langsung merujuk pada PKS dan Golkar sebagai "anak nakal" di koalisi. Walau demikian, menurut Jafar, keputusan untuk mempertahankan atau melepas keduanya dari koalisi tetap menjadi hak prerogatif Presiden SBY. "Yang presiden kan SBY, decision ada pada SBY," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

    Prabowo: Kami Maju dengan Kesadaran Didukung Kumpulan Tokoh Kuat, Termasuk PBNU

    Nasional
    Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

    Prabowo: Saya Merasa Dapat Berkontribusi Beri Solusi Tantangan Bangsa

    Nasional
    Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

    Prabowo Sebut Jokowi Siapkan Dirinya Jadi Penerus

    Nasional
    Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

    Prabowo mengaku Punya Kedekatan Alamiah dengan Kiai NU

    Nasional
    Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show 'Pick Me Trip in Bali'

    Imigrasi Deportasi 2 WN Korsel Produser Reality Show "Pick Me Trip in Bali"

    Nasional
    Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

    Prabowo Berterima Kasih ke PBNU karena Komitmen Dukung Pemerintahan ke Depan

    Nasional
    Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

    Gus Yahya: Tak Ada Peran yang Lebih Tepat bagi PBNU Selain Bantu Pemerintah

    Nasional
    Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

    Gus Yahya: Ini Halal Bihalal Keluarga, Prabowo-Gibran Anggota Keluarga NU

    Nasional
    Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

    Data Penyelidikan SYL Diduga Bocor, KPK Akan Periksa Internal Setelah Febri Diansyah dkk Bersaksi di Sidang

    Nasional
    Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

    Prabowo Tiba di Acara Halal Bihalal PBNU, Diantar Gibran Masuk Gedung

    Nasional
    Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

    Gerindra Tegaskan Prabowo Belum Susun Kabinet, Minta Pendukung Tak Bingung

    Nasional
    Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

    Hadiri Halal Bihalal PBNU, Gibran Disambut Gus Yahya dan Gus Ipul

    Nasional
    Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

    Gempa Garut, Tenda Pengungsian Didirikan di Halaman RS Sumedang

    Nasional
    Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

    Anies Diprediksi Bakal Terima Tawaran Nasdem Jadi Cagub DKI jika Tak Ada Panggung Politik Lain

    Nasional
    9 Kabupaten dan 1 Kota  Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

    9 Kabupaten dan 1 Kota Terdampak Gempa M 6,2 di Garut

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com