Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bukan Wajah Indonesia

Kompas.com - 10/02/2011, 16:26 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Insiden penyerangan terhadap jemaah Ahmadiyah di Cikeusik dan perusakan tiga gereja di Temanggung dinilai tak mencerminkan wajah Indonesia yang sebenarnya. Cendekiawan muslim, Azyumardi Azra mengatakan, sejatinya kadar tepa selira rakyat Indonesia masih tinggi.

"Saya kira insiden di Cikeusik dan Temanggung isolated cases, kasus yang terpencil, tak mencerminkan populasi rakyat Indonesia," kata Guru Besar Sejarah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini, saat ditemui Kompas.com, Rabu (9/2/2011).

Dikatakan Azyumardi, insiden Cikeusik dan Temanggung pun tak menimbulkan gerakan-gerakan pembalasan di daerah-daerah lainnya. Hal ini, sambungnya, berbeda dengan kerusuhan yang pernah berkecamuk di Ambon pada periode 1999-2000.

"Peristiwa itu melibatkan masa yang lebih luas lagi, yaitu satu kota Ambon," katanya.

Azyumardi, yang saat ini menjabat sebagai Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Jakarta pun mengutip laporan "Setara Institute for Peace and Democracy 2010" yang mengatakan bahwa Jawa Barat adalah wilayah dengan angka pelanggaran terhadap kebebasan beragama paling tinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Indonesia yaitu 91 peristiwa.

Tindak tegas

Kendati dikatakan bersifat terpencil, Azyumardi meminta pihak Kepolisian memberikan perhatian serius. Aktor intelektual beserta seluruh pelaku tindak kekerasan di Cikeusik dan Temanggung harus ditindak tegas.

Kepolisian juga diminta untuk terus waspada terhadap potensi-potensi tindak kekerasan yang terjadi di daerah, khususnya yang berkaitan dengan agama.

"Jika tidak, tak menutup kemungkinan itu menular ke daerah lainnya," kata Azyumardi.

Ketua Setara Institute, Hendardi menilai, terjadinya dua aksi kekerasan dalam waktu berdekatan menunjukkan lemahnya fungsi intelijen kepolisian. Peristiwa Cikeusik diindikasi seharusnya bisa dibaca polisi karena bukan aksi yang spontanitas, namun terorganisir.

"Menurut investigasi kami kesana, memperlihatkan pengumpulan massa sudah dilakukan secara terorganisir. Dan polisi harusnya bisa mengantisipasi dengan menyiagakan aparatnya. Tidak mungkin mengatasi massa dengan jumlah yang sedikit," kata Hendardi. (ING)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

    Nasional
    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

    Nasional
    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

    Nasional
    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

    Nasional
    Ganjar Bubarkan TPN

    Ganjar Bubarkan TPN

    Nasional
    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

    Nasional
    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

    Nasional
    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

    Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

    Nasional
    Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

    Nasional
    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

    Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com