Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PNS Bisa Otomatis Wakil Kepala Daerah?

Kompas.com - 17/01/2011, 16:40 WIB
Caroline Damanik

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Jika tak ada kritik terhadap isi draf RUU Pemilu Kepala Daerah versi pemerintah, maka pegawai negeri sipil (PNS) bisa otomatis menjabat sebagai wakil kepala daerah, baik wakil gubernur, wakil bupati maupun wakil walikota. Mereka berhak menjabat jika ditunjuk oleh kepala daerah yang terpilih melalui mekanisme Pemilukada. Draf RUU ini akan segera dibahas di DPR.

Menurut Mendagri Gamawan Fauzi, kementerian telah menyiapkan rencana pengaturan dimana pemilihan kepala daerah beda paket dengan pemilihan wakil kepala daerah. Hal ini, ungkapnya, sesuai dengan ketentuan pasal 18 ayat 4 UUD 1945 yang hanya mengamanatkan pemilihan kepala daerah saja yanpa mengamanatkan pemilihan wakil kepala daerah. Jabatan wakil kepala daerah akan diajukan oleh kepala daerah terpilih kepada pemerintah dari PNS yang memenuhi syarat untuk ditetapkan. Pemilihan akan dilakukan setelah kepala daerah terpilih dan dilantik.

"Ya karena sebenarnya UUD tidak menyebut wakil gubernur, wakil bupati, wakil walikota. Itu aturan UU saja. Itu juga yang diatur dalam UU No. 32 Tahun 2004. Waktu kita ubah UU No. 32 muncul pemikiran apa ini (jabatan wakil kepala daerah) akan jadi jabatan politik terus atau tidak perlu jadi jabatan politik terus," katanya usai pertemuan dengan Komite I DPD RI, Senin (17/1/2011).

Gamawan mengatakan usulan ini juga muncul menyusul pengalaman Pemilukada dalam lima tahun belakangan. Dari seluruh proses Pemilukada, hanya 5,16 persen pasangan calon kepala daerah dan wakilnya yang tetap dalam satu tim ketika maju kembali mencalonkan diri. Sisanya, bubar jalan. Kepala daerah membentuk tim baru lagi, begitu pula wakil kepala daerah.

Oleh karena itu, dalam masa menjelang Pemilukada berikutnya, friksi-friksi dalam tubuh pemerintahan tak bisa terhindarkan. "Bisa menimbulkan friksi di daerah, terutama PNS," tambahnya.

Selain aturan itu, draf RUU Pemilukada yang baru juga akan dipertimbangkan tentang masa jabatan menjadi kepala daerah dan wakil kepala daerah. Dalam ketentuan pasal 110 ayat (3) UU No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah ditetapkan bahwa "Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah memegang jabatan selama lima tahun terhitung sejak pelantikan, dan sesudahnya dapat dipilih kembali dalam jabatan yang sama hanya untuk satu kali masa jabatan. Karena tidak ada penjelasan, maka poin "dalam jabatan yang sama", diartikan apabila sudah menjadi kepala daerah dua periode, maka tidak bisa menjadi kepala daerah periode berikutnya namun bisa menjadi wakil kepala daerah. Ini dilakukan karena jabatan wakil kepala daerah diartikan sebagai jabatan yang berbeda, begitu juga sebaliknya.

"Hal ini sebagaimana dilakukan saudara. Bambang DH, Wakil Walikota Surabaya, yang semestinya secara etika berpemerintahan tidak harus terjadi," tandasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

    Nasional
    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

    Nasional
    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

    Nasional
    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

    Nasional
    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

    Nasional
    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

    Nasional
    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

    Nasional
    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

    Nasional
    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

    Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

    Nasional
    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

    Nasional
    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Megawati Tekankan Syarat Kader PDI-P Maju Pilkada, Harus Disiplin, Jujur, dan Turun ke Rakyat

    Nasional
    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Langkah PDI-P Tak Lakukan Pertemuan Politik Usai Pemilu Dinilai Tepat

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com