Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketulusan Anak Negeri di Banjir Brisbane

Kompas.com - 17/01/2011, 15:46 WIB

"Saat itu, karena hampir semua barang yang diperlukan ludes (habis) baik di (hipermarket) Aldi maupun Woolworths dan juga terbatasnya dana keluarga kami, kami bersihakan semua stok bahan makanan kami yang ada di kulkas dan almari, dibantu bahan makanan dari Pak Bambang dan juga Ibu Tintin," kisahnya.

"Alhamdulillah pagi harinya, hari Kamis (13/1), kami berhasil membuat 100 kontainer sarapan siap saji yang dikirim ke St Lucia. Sangat perlu diapresiasi perjuangan teman-teman di Griffith saat itu karena kami hampir semalam masak, hanya istirahat satu jam dari pukul 02.30 sampai pukul 03.30. Karena memang sarapan akan diambil Pak Anjar pukul 05.30," katanya.

Kandidat doktor yang juga aktivis perempuan ini lebih lanjut menuturkan bahwa kondisi jalan dari Griffith ke St.Lucia ketika itu tidak mudah akibat genangan banjir.

"Perjalanan membawa pasokan makanan untuk teman-teman di St.Lucia membutuhkan waktu satu setengah jam dari yang biasanya hanya  sekitar tiga puluh menit. Saya juga ingat sekali semua tidur di flat dekat dapur dan di kursi karena saat itu hanya ada satu kamar di flat (tempat tinggal) Bu Tintin," katanya.

Di tengah keterbatasan banyak keluarga Indonesia di Brisbane, Alim mengatakan, uluran tangan dari residen tetap asal Indonesia ikut membantu misi kemanusiaan bagi para WNI yang mengungsi itu.

Dengan uang dari kantong pribadi dan sumbangan dari seorang mahasiswa Indonesia di St.Lucia sebesar 50 dolar Australia serta sejumlah residen tetap, Alim dan anggota tim sukarelawannya memasak makanan bagi para pengungsi untuk memenuhi kebutuhan pada 13 Januari dan 15 Januari.

"Yang luar biasa adalah perhatian para relawan benar-benar menolong tanpa sekat. Sejak Sabtu kemarin (15/1), Alhamdulillah, hampir semua jalan sudah dibuka. Saat mengantarkan makan malam bagi teman-teman di pengungsian, kulewati jalan-jalan yang kemarin hanya kelihatan atapnya saja", ujarnya.

"Baunya anyir dan tumpukan perabotan mulai dari kulkas, komputer hingga mainan anak-anak teronggok di pinggir jalan-jalan menunggu giliran untuk diangkut. Kulewati bus pengangkut sukarelawan yang hingga Senin ini (17/1) jumlahnya sudah mencapai lima ribu orang. Mereka tersebar di seluruh brisbane," katanya.

Alim mengatakan, banyak di antara para relawan tersebut tidak saling kenal dan tidak punya hubungan sosial apa pun dengan mereka yang ditolong.

"Tapi mereka mempunyai hubungan kemanusiaan. Subhanallah, betapa indahnya dunia ini jika semua manusia mempunyai jiwa menolong tanpa membedakan siapa yang ditolong... Dialah sang pahlawan," katanya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com