Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tak Benar Syafii Maarif Terima Suap

Kompas.com - 08/12/2010, 11:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Kuasa hukum tokoh Muhammadiyah Buya Syafii Maarif, Todung Mulya Lubis, membantah pemberitaan bahwa kliennya menerima suap berupa apartemen mewah senilai Rp 2 miliar dari pengusaha Aburizal Bakrie. Pemberitaan tersebut dilakukan tabloid SI edisi 101 tanggal 19 November-3 Desember 2010.

Judul berita tersebut "Multi Accident Award" yang berada di halaman 13. "Di tengah perseteruan, kontroversi, dan penolakan oleh sastrawan sampai cendikiawan atas penganugrahan Bakrie Award, belakangan nama sekelas Ahmad Syafii Maarif, seorang cendikiawan sekaligus pendiri Maarif Institute cenderung bungkam. Menurut sumber tabloid itu, Syafii Maarif bungkam, tidak kritis lagi setelah menerima apartemen mewah senilai Rp 2 miliar dari Aburizal Bakrie," sebut berita tersebut.

Selain ikon pluralisme, Buya juga merupakan tokoh Gerakan Tutup Lumpur Lapindo. Buya sering memberikan kritikan terkait kasus Lumpur Lapindo.

Dikatakan Todung, apartemen yang kerap ditinggali Buya ketika berada di Jakarta adalah milik seorang anggota Dewan Pembina Maarif Institute, M Deddy Julianto. Harganya pun jauh di bawah Rp 2 miliar. "Jadi, kami anggap ini pencemaran nama baik dan berbau fitnah. Memang dalam pemberitaan, Buya menolak permintaan wawancara untuk konfirmasi, tapi itu tak otomatis SI bisa membuat berita yang mencemarkan dan berbau fitnah," kata Todung pada jumpa pers di Jakarta, Rabu (8/12/2010).

Todung mengatakan, selaku kuasa hukum, dirinya meminta Suara Islam untuk meralat pemberitaannya dan segera menyampaikan permintaan maaf secara terbuka. Todung mengatakan akan mengambil langkah-langkah tertentu terkait pemberitaan ini.

"Kami tidak serta-merta mengambil langkah hukum. Buya tak ingin mengkriminalisasikan pers. Buya menghormati kebebasan pers. Kami akan mengadukan ini ke Dewan Pers karena ini yang paling tepat. Namun, kami mencadangkan upaya-upaya hukum yang tersedia bila SI sama sekali tak memenuhi permintaan kami," kata Todung.

Ditambahkan, kendati oplah SI kecil, namun tabloid tersebut memiliki segmen khusus, yaitu kalangan umat Islam dan dunia kampus. Jadi, kata Todung, pemberitaan tersebut sangat merusak dan mengganggu Buya.

"Banyak SMS yang masuk ke Buya. SMS ini seolah menyesalkan, dan sebagian mempertanyakan apakah benar Buya menerima suap," kata Todung.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com