Jakarta, Kompas
”Tidak mungkin mengikis kekerasan ataupun terorisme oleh kelompok radikal agama tanpa berdialog dengan kelompok radikal itu. Memang dialog dengan mereka akan sulit
Tantangan untuk berdialog dengan kelompok radikal agama, menurut Benny, jauh lebih sulit dibandingkan berdialog dengan umat beragama lain yang sepaham dalam menghargai pluralisme. Bahkan, kelompok yang seagama juga tak mudah berdialog dengan kelompok radikal agama itu.
”Dialog dengan kelompok radikal membutuhkan komunikasi yang intensif, terus-menerus, tekun, dan sabar. Ini membutuhkan pengorbanan. Namun, dialog itu, yang memang membutuhkan waktu yang panjang, diyakini bisa mendatangkan manfaat besar dalam membangun pluralisme dan kehidupan masyarakat yang damai,” kata Benny.
Peneliti agama dan perubahan sosial, Farha Ciciek, menyatakan, Orde Baru telah mewariskan sistem yang mengotak-ngotakkan suku, ras, dan agama. ”Komunikasi, interaksi, dan dialog penting untuk membongkar sekat itu,” katanya.
Di Padang, Sumatera Barat, Senin, Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin mengingatkan, kerja sama antarumat beragama untuk kepentingan kemanusiaan harus lebih ditingkatkan.