Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gunakan Peluru Karet

Kompas.com - 10/11/2010, 04:40 WIB

Jambi, Kompas - Ahmad Adam, petani yang tewas tertembak saat berunjuk rasa bersama warga Desa Senyerang, Kecamatan Senyerang, Kabupaten Tanjung Jabung Barat, Jambi, diduga terkena peluru hampa dan peluru karet. Sebab, pasukan Brimob Polda Jambi saat itu hanya dibekali peluru karet.

Demikian dikatakan Kepala Bidang Humas Polda Jambi Ajun Komisaris Besar Almansyah, Selasa (9/11), yang dihubungi dari Palembang, Sumatera Selatan. Dia menegaskan, anggota Brimob menjalankan tugas sesuai prosedur tetap untuk menghalau massa dengan tembakan peringatan menggunakan peluru hampa dan peluru karet tanpa peluru tajam.

”Brimob mengeluarkan tembakan peringatan karena warga berbuat anarkis. Warga terlihat membawa panah, katapel, batu, bom molotov, dan mengaliri kawat dengan listrik,” kata Almansyah.

Dalam aksi itu, lanjut dia, warga menghadang kapal dan memaksa naik ke kapal. ”Mereka membakar mesin jangkar dan membuka tangki minyak untuk dibakar dengan bom molotov. Seorang anak buah kapal bernama Doni mengalami luka bakar di kaki kanan,” ujar Almansyah.

Dalam unjuk rasa warga Desa Senyerang akibat sengketa lahan dengan PT Wirakarya Sakti (WKS), Senin lalu, warga memblokade Sungai Pengabuan dengan membentangkan kawat agar kapal tidak bisa lewat. Unjuk rasa itu dampak dari sengketa lahan seluas 7.224 hektar antara warga dan PT WKS sejak tahun 2000. Konflik itu tidak pernah tertuntaskan hingga kini (Kompas, 9/11).

Menurut Almansyah, belum diketahui siapa personel Brimob yang melepaskan tembakan peringatan yang menewaskan Ahmad. ”Polda Jambi menurunkan tim melakukan investigasi terhadap anggota Brimob dan warga untuk mengetahui pelaku penembakan,” ungkapnya.

Polda Jambi juga melakukan otopsi jenazah korban guna bisa mengangkat peluru yang bersarang dalam kepala korban. Polisi pun memberikan santunan kepada keluarga korban.

Lapor ke Komnas HAM

Sementara itu, Ketua Persatuan Petani Jambi Brontoseno menuturkan, pihaknya berencana melaporkan kasus penembakan yang menewaskan Ahmad itu kepada Komisi Nasional Hak Asasi Manusia (Komnas HAM), Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Pemerintah Provinsi Jambi, dan Pemerintah Kabupaten Tanjung Jabung Barat.

Menurut Brontoseno, tidak benar jika warga dikatakan menyerang lebih dahulu. Warga tersulut emosinya setelah kapal menerobos blokade.

”Bukan warga yang memulai, tetapi mereka lebih dulu membuat warga marah. Padahal, warga cuma minta lahannya dikembalikan,” tegas Brontoseno.

Ia melanjutkan, saat ini warga menghentikan unjuk rasa karena sedang dalam suasana berkabung. Blokade kawat yang putus akibat ditabrak kapal juga belum dipasang lagi.

Menurut Humas PT WKS Edi Yanto, kapal yang dihadang warga adalah kapal TB Perdana 8 dengan muatan tangki kosong. Akibat kejadian itu, dua kapal yang berada di belakang kapal TB Perdana 8, yaitu kapal TB Sindu Perkasa 2 dan TB MPL 11 yang memuat tisu dan pulp, batal berlayar dari Tebing Tinggi ke Surabaya dan Singapura.

Edi mengatakan, pada Kamis pekan lalu juga terjadi penghadangan terhadap kapal TB Capricorn-34 dan tongkang Capricorn-35. Akibatnya, kapal itu batal berlayar dari Tebing Tinggi ke Merang, Sumsel. (WAD)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com