JAKARTA, KOMPAS.com — Aksi demonstrasi memperingati satu tahun pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono akhirnya terjadi juga, Rabu (20/10/2010) siang. Ada yang mengkritik keras kebijakan SBY, ada pula yang mendukungnya meski tak tahu apa saja keberhasilan Presiden.
Aksi demonstrasi tersebut mulai muncul pada pukul 10.45. Massa yang menamakan diri Pasar Lupa dan Transaksi Politik datang paling awal dan mengapling tempat di ujung barat Jalan Medan Merdeka Utara. Mereka kemudian menggelar lapak-lapak yang mencerminkan kegagalan SBY dalam menyikapi beragam kasus di Tanah Air. Ada Lapak Lupa Janji SBY, Lupa Lapindo, Lupa Kasus Munir, Lupa Kasus Gayus, Lupa Papua, dan sebagainya.
"SBY berbohong. Dari 2004 dia berjanji akan menuntaskan kasus Munir, tapi nyatanya?" kata Suciwati, istri mendiang Munir, mantan Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (Kontras).
Massa lain yang mengkritik Presiden Yudhoyono adalah Gerakan Gantung Koruptor (Gagak). Mereka menuntut Presiden berani bertindak tegas terhadap kroni-kroninya yang korupsi, antara lain, Wakil Ketua Umum Partai Demokrat Jhonny Allen Marbun. Front Persatuan Rakyat (FPR) juga mengkritik lambannya roda pemerintahan SBY.
Sementara itu, Aliansi Rakyat untuk SBY (ARUS) pun tak mau kalah berteriak. Bedanya, mereka ini mendukung kebijakan Presiden Yudhoyono. Mereka meminta agar rakyat tidak hanya melihat Presiden dari kegagalannya, tetapi juga menilai keberhasilannya. "SBY ini sedang membangun sistem. Mungkin dari 10 program, tiga di antaranya berhasil. Keberhasilannya apa, saya juga tidak tahu," kata Rey, yang mengaku sebagai koordinator aksi ARUS.
Sampai siang ini, unjuk rasa terus berlangsung. Hujan sempat turun pada pukul 12.00, tetapi massa tetap bertahan di depan Istana Negara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.