Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pariwisata Mempromosikan Kerukunan Antarumat Beragama

Kompas.com - 29/09/2010, 17:01 WIB

Di Surabaya, misalnya, sering dijumpai perjalanan wisata warga non-Muslim ke masjid-masjid iconic. Misalnya, Masjid Cheng Ho dengan sentuhan arsitektur China, Masjid Al Akbar yang megah dan besar, maupun kawasan wisata religi Ampel (Masjid dan Makam Sunan Ampel). Di tempat-tempat suci itu, warga umum bisa mengakses dengan aturan dan batasan tempat tertentu.

Demikian pula kunjungan wisata religi ke Klenteng Boen Bio di Jalan Kapasan dan Tempat Ibadah Tri Dharma di Jalan Dukuh. Unik pula jika kita tengok suguhan Wayang Potehi yang dimainkan setiap hari di Klenteng Jalan Dukuh, Surabaya, para pemainnya ternyata warga sekitar yang notabene beriman Islam.

Di daerah lain, Lautan Pasar Gunung Bromo dan Gua Maria Puhsarang di Kediri, juga tak ketinggalan menyemarakkan wisata religi guna menumbuhkan kesalingpengertianan dan persaudaraan seluruh bangsa Indonesia. Di tempat-tempat peribadahan yang menjadi simbol keberimanan di Indonesia, peziarah (wisatawan) tertunduk hormat sambil merenungkan eksistensi keberagaman di Tanah Air yang merupakan anugerah Sang Pencipta kepada bangsa yang dicintai-Nya ini.

Wisata religi dalam arti yang sebenarnya melekatkan kebutuhan peziarahan (spiritualitas) dengan rekreasi. Dalam prosesnya, berwisata religi juga terkandung muatan edukasi, belajar dari orang- orang suci yang makamnya kita kunjungi, menapaki teladan hidup mereka, dan lebih-lebih memberi inspirasi dan memotivasi umat manusia untuk menata laku hidup yang mengantarkan para pendahulu kita sebagai orang-orang suci.

Dalam hal tata kehidupan sebagai bangsa yang memiliki dan menjunjung tinggi harmoni dalam keberagaman itulah, Indonesia memiliki daya tarik, keunggulan sekaligus keunikan yang sangat berpotensi sebagai pilar, positioning dan trademark pariwisata Indonesia di antara bangsa-bangsa di dunia. Persaudaraan, kesalingmengertian, dan kebersamaan antarumat beragama jelas-jelas adalah hal penting yang amat memikat turis. City branding "Indonesia the Ultimate in Diversity" secara eksplisit menjelaskan hal itu. Tema World Tourism Day 2009 (Tourism-Celebrating Diversity) yang dirayakan pada 27 September 2009 di Ghana pun bernada serupa. Perundangan kepariwisataan (UU No 10/2009) juga menyatakan pariwisata untuk mempererat persahabatan antarbangsa sebagai salah satu tujuan di antara 10 tujuan kepariwisataan.

Keyakinan akan keampuhan turisme sebagai berkah untuk menjaga keharmonisan umat manusia pernah diserukan pada tahun 1980-an dalam Konferensi International Kepariwisataan di Manila yang mendeklarasikan "dunia pariwisata dapat dijadikan elemen penting untuk perdamaian dunia". Juga banyak tokoh dunia mengakui keuntungan dan sifat kepariwisataan.

Mendiang Presiden Amerika Serikat John F Kennedy mengatakan, perjalanan wisata menjadikan satu kekuatan besar dalam perdamaian dan memahami masing-masing dari kita. Sebagai manusia yang hidup berpindah-pindah di dunia dan belajar untuk mengenal orang lain agar bisa mengerti kebiasaan satu dengan lainnya dan saling dapat menghargai adat kebiasaan yang lain, dan dapat menghargai kualitas dari masing-masing orang dan negara yang berbeda (Kennedy, 1963).

Terakhir, kita patut bersyukur dan menumbuhkembangkan karakteristik warga Surabaya yang kerap disebut-sebut memiliki budaya arek. Di dalamnya, warga Surabaya dikenal peduli kepada orang lain, toleran, tidak mau dijajah, berkorban, dan egaliter. Inilah benteng terakhir agar tragedi seperti di Bekasi tidak akan pernah terjadi di Surabaya khususnya dan Jawa Timur umumnya.

Dewa Gde Satrya Dosen Tourism and Hotel Management, Universitas Ciputra

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com