Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Utamakan Dialog yang Setara

Kompas.com - 13/09/2010, 04:29 WIB

Jakarta, Kompas - Umat Muslim, para pemimpin, dan masyarakat diharapkan terus menjaga kerukunan demi membangun kehidupan yang baik bagi bangsa majemuk ini. Pesan ini mengemuka dalam khotbah shalat Idul Fitri 1 Syawal 1431 H di sejumlah masjid, Jumat (10/9).

Dalam shalat Idul Fitri di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, Rektor Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sunan Ampel, Surabaya, Prof Dr H Nur Syam mengajak para pemimpin bangsa dan masyarakat menyelesaikan setiap konflik dengan mengedepankan dialog yang setara. Semangat itu penting guna menjaga kerukunan, keharmonisan, dan keselamatan.

Khotbah disampaikan di hadapan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono. Hadir juga pimpinan lembaga tinggi negara, menteri kabinet, duta besar negara sahabat, dan puluhan ribu umat Muslim.

”Mestinya masyarakat Indonesia memahami, kekerasan dalam penyelesaian masalah tentu bukan pilihan dalam tindakan apa pun. Sebab, hal ini akan menimbulkan kerusakan yang memprihatinkan. Setiap kekerasan akan menghasilkan kekerasan baru atau terjadi siklus kekerasan. Kekerasan akan selalu menimbulkan pengalaman traumatik,” ujarnya.

Semangat serupa dikemukakan para khatib di sejumlah masjid. Mereka antara lain mantan Menteri Agama Maftuh Basyuni di Masjid At-Tin, Jakarta Timur; KH Mas’adi Sulthani di Masjid Agung Al-Azhar, Jakarta Selatan; KH Lutfi Zawawi di Masjid Kubah Emas Depok, Jawa Barat; Umay Dja’far Shiddieq di Masjid Raya Pondok Indah, Jakarta Selatan; dan Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah Din Syamsuddin di pelataran Monumen Jogja Kembali, Sleman, DI Yogyakarta.

Maftuh Basyuni mengingatkan masyarakat agar tidak mengedepankan prasangka, mengumbar gunjingan, dan menyimpan dendam. Perpecahan hanya akan menjadi hambatan bagi Indonesia untuk tampil sebagai negara yang bisa memakmurkan rakyat.

KH Mas’adi Sulthani berpesan agar masyarakat Muslim semakin meningkatkan toleransinya setelah menjalani ibadah puasa sebulan lamanya. Menurut dia, selama bulan Ramadhan, umat Muslim ditempa mentalnya guna menahan segala hawa nafsu untuk menuju kebersihan jiwa. Umat Muslim harus peka terhadap segala persoalan di sekitarnya.

”Pemimpin tidak hanya bertanggung jawab dalam urusan perut rakyatnya, tetapi juga dalam urusan keimanan dan moral. Sangat pantas sekali pada hari raya Idul Fitri ini sebagai umat dan bangsa Indonesia, kita merenung sejenak, melakukan introspeksi dan muhasabah terhadap kehidupan nasional kita,” katanya.

KH Lutfi Zawawi berpesan agar masyarakat meningkatkan kepekaan sosial dan kesetiakawanan. Setelah melewati bulan puasa 30 hari lamanya, umat Muslim dilatih untuk merasakan penderitaan sesama dengan menahan lapar dan dahaga.

Menurut Din Syamsuddin, sumber daya alam negeri ini banyak. Demikian juga sumber daya manusianya, yang mayoritas pemeluk Islam. Kekuatan umat Muslim dari segi jumlah mestinya berkorelasi dengan kemajuan bangsa ini. Umat harus sadar agar melakukan sesuatu supaya negara ini maju. Harus ada perubahan dalam banyak hal, dari sikap, cara pandang, hingga karakter.

”Umat Islam terbagi dalam organisasi, kelompok, dan partai politik, ada afiliasi. Jangan lagi terjadi konflik karena itu hanya menjadikan umat Islam terkotak-kotak. Hanya akan memperlemah Islam,” kata Din.

Suasana Lebaran

Secara umum, pelaksanaan shalat Idul Fitri berlangsung aman dan lancar. Di Jakarta, misalnya, suasana jalanan menjelang pelaksanaan shalat, Jumat pagi, cukup lengang. Hanya satu atau dua kendaraan roda dua dan roda empat yang melintas di jalanan. Kendaraan mulai memadat saat memasuki area Masjid Istiqlal.

Sejak pukul 06.00 masyarakat ramai berduyun-duyun mendatangi masjid. Namun, ribuan jemaah itu tidak bisa serta-merta masuk begitu saja ke masjid. Mereka harus melalui pemeriksaan oleh petugas di semua pintu masuk yang ada. Selain diperiksa dengan menggunakan alat detektor logam, petugas juga memeriksa tas yang dibawa dengan alat sinar-X.

Pada pukul 06.50, rombongan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono tiba di masjid. Setelah mengumandangkan takbir, pukul 07.00 shalat Id dimulai dan dilanjutkan dengan khotbah.

Sementara itu, suasana shalat Id di Masjid Al-Azhar berjalan khidmat dan khusyuk.

Jemaah mulai berdatangan dan memadati halaman depan masjid sekitar pukul 06.30 dan shalat Id dimulai pukul 07.00.

Dalam mengatur kelancaran shalat Id, dua jalur jalan di depan Masjid Al-Azhar ditutup. Aparat Kepolisian Sektor Kebayoran Baru mengatur lalu lintas di kawasan tersebut.

Di antara jemaah yang hadir di Masjid Al-Azhar, tampak mantan Menteri Negara Pemuda dan Olahraga Adhyaksa Dault. Jemaah yang hadir cukup banyak sehingga memenuhi lapangan sekolah Islam Al-Azhar dan Universitas Al-Azhar Indonesia.

Pada malam takbiran, Kamis malam, suasana Jakarta hanya disemaraki oleh petasan-petasan yang dilontarkan ke udara atau diledakkan di jalan-jalan umum.

Antrean kendaraan yang biasanya berkeliling kota untuk malam takbiran tidak terlihat karena Kamis malam itu kota Jakarta diguyur hujan.

Meski demikian, di Stasiun Senen, misalnya, suasana terlihat berbeda. Kesibukan tetap terjadi, terutama bagi warga yang bersikeras untuk mudik.

Pada Kamis itu hingga pukul 22.00, Direktur Utama PT Kereta Api Ignasius Jonan masih mengecek kesiapan tiap lokomotif yang hendak berangkat.

Di jalur pantai utara pada malam takbiran itu, kendaraan pemudik tetap melintas meski kepadatannya berkurang. (APO/HAR/ELD/SEM/ILO/IRE/GRE/PRA)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com