Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mereka (Tetap) Anak Pintar...

Kompas.com - 24/08/2010, 11:20 WIB

Kristiantini menyebutkan ada beberapa tanda awal disleksia bawaan. Tanda-tanda itu, antara lain, telat berbicara. Pada umur dua tahun, misalnya, anak baru dapat mengucapkan satu atau dua patah kata. Anak juga sering bingung atau tertukar antara kiri dan kanan. Gejala lainnya ialah artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik.

”Kata kulkas, misalnya menjadi kalkus,” ujar Kristiantini.

Beranjak di usia sekolah, kesulitan makin dirasakan lantaran anak mulai dituntut membaca, menulis, dan berhitung. Anak kesulitan mempelajari huruf, baik bentuk maupun bunyinya. Beberapa huruf sering kali tertukar, seperti ”b” dan ”d”, ”h” dan ”a”, serta ”t” dan ”j”.

”Pada awal anak belajar membaca, huruf tertukar kadang terjadi. Namun, pada anak dengan disleksia, kesulitan itu terus berlanjut,” ujarnya.

Anak dengan disleksia juga kesulitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam rima. Pertanda lainnya ialah bingung konsep ruang dan waktu serta kesulitan mencerna serta mengikuti beberapa instruksi yang disampaikan secara verbal, cepat, dan berurutan.

”Jika ada tiga perintah yang diucapkan secara cepat, kemungkinan hanya perintah terakhir yang diingat,” ujarnya.

Gangguan itu sering ditemukan bersama dengan gangguan pemusatan perhatian atau konsentrasi, kesulitan matematika dan keterampilan motorik, seperti masih tumpah ketika menyendok makanan walaupun sudah di kelas I atau II sekolah dasar.

Menurut Kristiantini, identifikasi disleksia sebaiknya sedari dini sehingga anak dapat dilatih cara belajar yang tepat dan sesuai kebutuhannya. Jika terlambat, prestasi akademis terus turun, anak kesulitan dalam ujian, mendapat stigma negatif, diganggu (bullying), serta kesulitan dalam kehidupan sehari-hari yang berhubungan dengan membaca dan menulis.

Orangtua Aigis yang menyadari kondisi khusus putrinya lalu memindahkan Aigis ke sekolah khusus, SD Pantara. Di sekolah khusus itu, Aigis belajar dengan dukungan dan pemahaman penuh terhadap kebutuhan khususnya.

Setelah itu, dia melanjutkan ke SMP negeri, SMK negeri jurusan rekayasa perangkat lunak, dan kini belajar di sebuah perguruan tinggi swasta untuk menjadi programmer komputer. Aigis yakin impiannya menjadi programmer kelak dapat diraih.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com