Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aspirasi, "Dana" ke "Rumah"

Kompas.com - 06/08/2010, 08:52 WIB

W RIAWAN TJANDRA*

KOMPAS.com — Setelah usulan dana aspirasi sebesar Rp 15 miliar per anggota ditolak oleh pemerintah dan masyarakat, kini muncul usulan baru dari Dewan Perwakilan Rakyat untuk menarik uang negara atas nama rumah aspirasi.

Bila usulan itu diterima, setiap anggota DPR akan menerima dana dari APBN 2011 mencapai Rp 374,9 juta. Angka fantastis itu muncul sebagai hasil kalkulasi dari Panja Rumah Aspirasi DPR yang didasarkan atas penghitungan yang mencakup sewa kantor, kesekretariatan, dan pertemuan dengan konstituen serta pemerintah daerah.

Berdasarkan perhitungan atas komponen-komponen itu, secara keseluruhan anggaran untuk rumah aspirasi bagi semua anggota DPR mencapai Rp 209,9 miliar.

Dalam teori demokrasi, hakikat kedudukan anggota DPR sebagai wakil rakyat adalah melaksanakan fungsi representatif, yang di dalamnya melekat kewajiban utama anggota DPR, yakni menyalurkan aspirasi rakyat. Berdasarkan fungsi representatif tersebut, diderivasi tiga fungsi pokok anggota DPR, yaitu fungsi legislasi, fungsi pengawasan, dan fungsi anggaran.

Belum efektif

Hingga saat ini, belum satu pun dari ketiga fungsi pokok anggota DPR tersebut dapat dilaksanakan secara efektif. Artinya, pelaksanaan ketiga fungsi pokok anggota DPR tersebut belum dapat digambarkan telah merepresentasikan dengan baik aspirasi rakyat.

Hingga saat ini, belum satu pun dari 55 rancangan undang-undang (RUU) yang menjadi prioritas pembahasan DPR pada tahun 2010 ini dapat diselesaikan oleh DPR. Padahal, DPR pada Desember 2009 telah menetapkan bahwa 247 RUU masuk dalam program legislasi nasional 2009-2014, dengan 55 RUU menjadi prioritas pada 2010.

Jumlah RUU prioritas DPR tahun 2010 ini sama dengan RUU prioritas DPR pada tahun 2005. Sebagai perbandingan pada tahun 2005, hanya 14 RUU prioritas yang tuntas dibahas oleh DPR periode tahun 2004-2009. Kelemahan manajemen legislasi DPR yang selalu berulang dari tahun ke tahun turut berpengaruh terhadap lemahnya kapasitas DPR dalam menuntaskan pembahasan prioritas RUU setiap tahun.

Diskursus etis-politis

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com