JAKARTA, KOMPAS.com — Pendonor utama Achmad Bakrie Award, Aburizal Bakrie, mengaku tidak mempermasalahkan penolakan yang dilakukan sejumlah tokoh penerima penghargaan. Penolakan itu ia yakini justru dapat memajukan Achmad Bakrie Award seperti yang terjadi pada penghargaan Nobel.
"Justru bikin penghargaan ini dapat lebih besar seperti Jean Satre yang menolak Nobel dua kali di tahun 1962. Nobel justru tidak jadi kecil, tapi semakin besar," ujar Aburizal, yang akrab dipanggil Ical, seusai menghadiri acara ramah-tamah Achmad Bakrie Award, Rabu (4/8/2010) di Freedom Institute, Jakarta.
Ia menghargai tanpa melupakan jasa-jasa para tokoh yang menolak untuk menerima penghargaan Bakrie Award 2010 tersebut.
Freedom Institute, selaku penyelenggara, tidak akan menghilangkan atau mengganti nama-nama peraih penghargaan itu. "Saya justru bangga penghargaan ini juga dijadikan alat untuk menyuarakan aspirasi politik orang-orang ini," ungkap Ical kepada para pewarta.
Ia mengaku, dalam perjalanannya, banyak pihak yang mengaitkan posisi politik dirinya dengan penghargaan ini. "Padahal, Achmad Bakrie Award ini sudah bertahun-tahun dijalankan, sementara saya ikut politik baru juga kemarin," tandas Ical.
Di tahun 2010, penghargaan Achmad Bakrie Award diwarnai dengan sejumlah penolakan yang datang dari dua orang tokoh, yakni Sitor Situmorang (peraih penghargaan di bidang kesusastraan) dan Daoed Joesoef (peraih penghargaan di bidang pemikiran sosial).
Sebelumnya, budayawan Goenawan Muhamad juga mengembalikan penghargaan yang didapatnya di bidang kesusastraan pada tahun 2004. Daoed Joesoef dan Goenawan Muhamad merasa berkeberatan menerima penghargaan tersebut karena masalah lumpur Lapindo yang tak kunjung usai.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.