Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Apatisme Politik

Kompas.com - 03/08/2010, 08:52 WIB

Lihat pula kasus ledakan tabung elpiji yang menimbulkan banyak korban, baik jiwa maupun harta di berbagai pelosok Nusantara. Tidak terlihat langkah-langkah decisive untuk mengatasinya, sementara korban terus berjatuhan. Yang terlihat di depan publik adalah tiadanya koordinasi di antara instansi-instansi yang bertanggung jawab mengatasi masalah ini. Jika ada langkah yang dilakukan Pertamina, misalnya, terlihat cenderung ad hoc—bukan langkah programatis dan komprehensif yang bisa segera menyelesaikan ledakan tabung gas tersebut.

Hal yang sama terlihat dalam kasus lonjakan harga berbagai kebutuhan rakyat mulai dari cabai merah, bawang, sampai beras. Harga komoditas itu terlihat naik dan turun semaunya, hampir sepenuhnya dikuasai mekanisme pasar bebas. Fluktuasi harga pasar tidak dapat dikontrol instansi pemerintah yang bertanggung jawab menanganinya.

Jika ada operasi pasar yang mereka lakukan, terlihat sangat sporadis dan, karena itu, menjadi tanya besar bisa efektif mengendalikan harga-harga.

Yang tidak kurang mengherankan publik adalah terjadinya konflik dan pertikaian dalam Satgas Antimafia Hukum bentukan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono beberapa bulan lalu. Belum lagi mampu menunjukkan hasil yang bisa membangkitkan optimisme publik tentang pemberantasan ”mafia hukum”, satgas tersebut kini terancam pecah karena konflik kepentingan di antara anggotanya, seperti terlihat dengan pengunduran diri Irjen Herman Effendy, yang agaknya terkait kasus mafia hukum yang melibatkan kalangan pejabat tinggi Polri.

Apatisme dan kepemimpinan

Apatisme politik, baik di negara yang sudah mapan dengan demokrasi maupun yang masih dalam proses konsolidasi seperti Indonesia, jelas tidak menguntungkan. Dalam konteks Indonesia, apatisme politik dapat mengakibatkan kian terbengkalainya agenda-agenda konsolidasi demokrasi, seperti pemberdayaan pranata dan institusi demokrasi semacam partai politik, lembaga perwakilan rakyat (DPR); penciptaan good governance dan pemberantasan korupsi; penguatan kultur politik demokratis, civic culture (budaya kewargaan) dan civility (keadaban); serta penegakan hukum.

Jika agenda-agenda ini telantar, bisa dipastikan konsolidasi demokrasi di negeri ini tidak bakal pernah berakhir. Sebaliknya, yang terus berlanjut adalah kerancuan, anomali, dan kekisruhan politik yang menghambat akselerasi Indonesia menjadi sebuah negara yang bermartabat dan disegani negara-negara lain.

Pada sisi lain, di tengah wabah apatisme politik, bakal selalu ada orang yang sampai pada puncak frustrasinya dan akhirnya mengambil jalannya sendiri. Contoh paling akhir dari sikap ini adalah aksi aktor senior Pong Hardjatmo yang pekan lalu menaiki atap gedung DPR untuk menuliskan tiga kata, ”jujur, adil, tegas”, yang mengungkapkan kegusarannya pada situasi politik dan kepemimpinan yang tidak menentu.

Kunci untuk mencegah apatisme yang dapat berujung frustrasi dengan aksi tidak konvensional adalah kepemimpinan. Apatisme politik hanya bisa diatasi dengan kepemimpinan visioner, ”jujur, adil, tegas”, dan decisive. Kepemimpinan yang tak jujur dan tidak adil senantiasa gamang dan tidak tegas mengakibatkan terjadinya koalisi dan perselingkuhan politik semu karena sebenarnya tetap berlangsung pergumulan politik yang intens secara terselubung. Dalam situasi ini, sulit mengharapkan soliditas dan kebersamaan dalam mengatasi berbagai masalah bangsa.

Kepemimpinan yang dapat mencegah apatisme dan frustrasi politik adalah kepemimpinan yang bertumpu pada integritas; kepemimpinan yang menyatu antara perkataan dan perbuatan, tidak sekadar berbasa-basi untuk menyenangkan semua orang. Hanya pemimpin dengan integritas yang dapat memberikan inspirasi dan semangat bagi setiap mereka yang memegang tanggung jawab dalam perbaikan kondisi bangsa untuk berbuat lebih baik dan terbaik.

*Azyumardi Azra Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 7 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Gunung Raung Erupsi, Ma'ruf Amin Imbau Warga Setempat Patuhi Petunjuk Tim Penyelamat

Nasional
Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Cak Imin: Bansos Cepat Dirasakan Masyarakat, tapi Tak Memberdayakan

Nasional
Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Cak Imin: Percayalah, PKB kalau Berkuasa Tak Akan Lakukan Kriminalisasi...

Nasional
Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Gerindra Lirik Dedi Mulyadi untuk Maju Pilkada Jabar 2024

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati soal Susunan Kabinet, Masinton: Cuma Gimik

Nasional
Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Kementerian KP Perkuat Standar Kompetensi Pengelolaan Sidat dan Arwana

Nasional
Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com