Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berpetualang di Perkebunan Teh Dewata

Kompas.com - 12/07/2010, 08:27 WIB

Dengan bantuan pemandu sekaligus pengendara handal untuk jalan berbatu dan terjal, turis tak sekadar menghabiskan waktu berjam-jam hanya duduk diam. Pemandu juga diperkaya dengan berbagai pengetahuan seputar kondisi alam bahkan kultur budaya setempat. Artinya wisata seru yang cocok untuk keluarga ini, juga kaya dengan edukasi. Termasuk edukasi bagi anak, yaitu mendekatkan alam sejak dini untuk misi konservasi.

Bicara soal kondisi alam, Dewata memang laksana singgasana dewa, yang letaknya di ketinggian lebih dari 1.000 meter di atas permukaan laut. Posisinya menjadi bagian kawasan cagar alam hutan Gunung Tilu seluas 8.000 hektar, hutan tropis di Jawa Barat. Hutan tropis yang ditetapkan sebagai cagar alam pada 1978 ini menjadi habitat berbagai flora fauna, seperti Owa Jawa dan berbagai pepohonan dengan ketinggian lebih dari 60 meter.

Direktorat jenderal perlindungan hutan dan konservasi alam mencatat, Cagar Alam Gunung Tilu memiliki tipe ekosistem hutan hujan dataran tinggi. Dengan jenis pohon yang mendominasi kawasan seperti saninten, rasamala, kiputri, pasang, teureup, puspa, kondang, dan tunggeureuk. Satwa liar juga ada dalam kawasan ini, seperti macan tutul, bajing, kera, owa, kijang, lutung, surili , burung dederuk, burung perkutut, ular sanca, dan lain-lain.

Topografi wilayah cagar alam ini berbukit, dengan permukaan landai juga terjal. Gunung Tilu merupakan tipe hutan tropis yang berfungsi sebagai kawasan lindung jenis flora dan ekosistem yang berada di antara Gunung Malabar, Wayang, Kancana, Tambakruyung, dan Gunung Masigit. Cagar Alam Gunung Tilu itu sendiri memiliki tujuh puncak, salah satunya puncak Gunung Dewata.

Anda tentu masih ingat bencana alam longsor di area perkebunan teh Ciwidey dan Pasirjambu? Di areal perkebunan teh yang dibangun pada masa kolonial Hindia Belanda inilah, perkampungan penduduk berada yang juga menjadi korban bencana, akhir Februari lalu. Perkebunan teh Dewata juga terkena, memakan korban tak sedikit dengan beberapa rumah penduduk yang rata dengan tanah.

Jika akhir pekan nanti Anda berencana ke perkebunan teh dewata, Anda bisa menyaksikan bagaimana bencana longsor mengubah pemandangan. Beberapa area rata dengan tanah, memberi pemandangan tak lagi hijau sempurna. Meski kawasan cagar alam tak mungkin disentuh penebang liar, kawasan dengan curah hujan tinggi ini memang berpotensi terkena longsor.  

Menyaksikan pemandangan alam bukan sekadar menenangkan pikiran, namun sekaligus menjadi metode untuk mempelajari konservasi alam agar warisan ini tetap utuh puluhan tahun ke depan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com