Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lada Putih Bangka Tergusur

Kompas.com - 08/02/2010, 05:05 WIB

Jamal (40), petani lada di Desa Delas, Kecamatan Air Gegas, Kabupaten Bangka Selatan, Kepulauan Bangka Belitung, Sabtu (30/1), memandangi hamparan tanaman lada miliknya yang akan panen lima bulan lagi. Wajahnya ceria.

Jamal berharap saat panen nanti harga lada putih tetap tinggi seperti sekarang. ”Selama 10 tahun terakhir, harga komoditas itu selalu anjlok saat musim panen,” katanya.

Saat ini harga lada putih di tingkat petani Rp 38.000-Rp 41.000 per kilogram.

Lada putih, seperti timah, merupakan komoditas yang membuat nama Bangka dan Belitung tersohor ke seluruh dunia. Pelabuhan Muntok di Bangka sebagai pintu ekspor akhirnya dikenal sebagai merek lada putih berkualitas, yaitu Muntok White Pepper.

Nama besar lada putih Bangka Belitung sayangnya tidak diikuti upaya pengembangan perkebunan lada. Luas perkebunan lada di Bangka dan Belitung menciut karena berubah menjadi lahan tambang timah atau kebun kelapa sawit.

Data Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kepulauan Bangka Belitung menunjukkan, luas perkebunan lada di Bangka Belitung terus menyempit. Tahun 1990-an, ketika harga lada putih melonjak, luas perkebunan lada di Bangka Belitung mencapai 90.000 hektar. Tahun 2002-2003, lahan perkebunan itu menyusut menjadi 60.000 hektar dengan produksi 60.000 ton lada putih.

Tahun 2008, luas perkebunan lagi-lagi menyusut menjadi tinggal 33.000 hektar, dengan luas perkebunan yang sudah menghasilkan hanya 15.000 hektar. Jumlah produksi lada putih tahun 2008 tercatat hanya 15.000 ton.

Menurut Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian, Perkebunan, dan Peternakan Kepulauan Bangka Belitung Zamdani, luas perkebunan lada berkurang karena petani lada beralih menjadi penambang timah. ”Orang maunya instan. Kalau menambang timah, pagi bekerja sore sudah dapat duit. Kalau menanam lada perlu 2-3 tahun baru menikmati hasilnya,” katanya.

Perhitungan keuntungan petani secara sederhana, yaitu satu kilogram lada putih minimal sama dengan empat kilogram beras. Harga beras Rp 6.000-Rp 8.000 per kilogram sehingga petani masih untung dengan harga lada putih sekarang.

Selain tergusur oleh tambang timah, perkebunan lada juga tergusur oleh maraknya perkebunan kelapa sawit rakyat. Luas perkebunan kelapa sawit rakyat terus bertambah dari 1.000 hektar pada 2003 menjadi 6.000 hektar tahun 2006. Tahun 2007, lahan sawit meningkat lagi menjadi 11.000 hektar. Demikian pula tahun 2008, menjadi 24.000 hektar.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com