Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Nasional Demokrat Jadi Parpol, Golkar dan Demokrat akan Kedodoran?

Kompas.com - 02/02/2010, 06:52 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Beberapa pihak menduga, Nasional Demokrat, yang digagas oleh Surya Paloh dan Sri Sultan Hamengbuwono, adalah cikal bakal partai politik yang akan didirikan Paloh.

Paloh sendiri, ketika dikonfirmasi, hanya mengatakan belum terpikir untuk mengubahnya menjadi partai politik. Lantas, siapa yang paling diuntungkan pada pembentukan Nasional Demokrat?

Pengamat politik Burhanuddin Muhtadi mengatakan, PDIP kemungkinan besar diuntungkan dengan hadirnya Nasional Demokrat. Paloh terlihat mengincar massa partai Partai Demokrat dan Partai Golkar.

Hal ini misalnya terlihat dari simbol-simbol atribut ormas yang dikenakan, yaitu warna biru dan kuning. "PDIP tidak perlu gelisah dengan kehadiran Nasional Demokrat. Justru sebaliknya, (PDIP harus) bersyukur karena Nasional Demokrat setidaknya akan menggerogoti perolehan suara dua partai besar tersebut," Burhanuddin.

Selama ini, berdasarkan data Lingkaran Survei Indonesia (LSI), hubungan perolehan suara antara PD dan PG bersifat antagonistik. Jika perolehan suara PD naik, maka suara PG di tempat yang sama menurun. Pada pemilu 2009 lalu, potensi suara PD dan PG mencapai sepertiga populasi pemilih.

Ditambahkannya, PDIP ada di ceruk pasar pemilih lain yang tidak bersinggungan dengan ceruk pasar PD dan PG.

Terkait kehadiran Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Burhanuddin mengatakan, hal tersebut merupakan bentuk dukungannya terhadap pembentukan ormas Nasional Demokrat.

"Kehadirannya lebih memberikan political endorsement dari seorang kolega," ujarnya. Menurut Burhanuddin, Megawati memang memiliki political chemistry atau kimiawi politik dengan Paloh.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com