”Semua stasiun itu akan terhubung oleh jaringan komuter. Masyarakat bisa memanfaatkan angkutan kereta rel diesel Indonesia (KRDI) yang baru. Stasiun yang dilewati KRDI akan direhabilitasi sehingga layak untuk dipakai,” tutur Wakil Kepala Divisi Regional Sumatera Utara PT Kereta Api Indonesia (KAI) Resman Manurung, Rabu (20/1) saat ditemui di Medan.
Resman mengatakan, empat stasiun itu adalah Stasiun Deski (Deli Serdang), Stasiun Sunggal (Deli Serdang), Stasiun Titi Papan (Medan), dan Stasiun Medan Belawan (Medan). Kondisi empat stasiun ini umumnya tidak terawat.
Stasiun Deski saat ini tidak tersisa lagi bangunannya. Adapun Stasiun Sunggal tidak berfungsi lagi meski bangunannya masih ada. Di sekitar bangunan stasiun ini dipenuhi rumput ilalang. Adapun Stasiun Titi Papan dan Stasiun Medan Belawan sejauh ini difungsikan untuk angkutan barang.
Jaringan KA komuter di sekitar Kota Medan ini melayani jalur Medan-Binjai, Medan-Belawan, dan Medan-Tebing Tinggi. Sebagian besar jalur kereta api ini menggunakan rel R 33, yang berarti berat rel 33 kilogram per satu meter. Kereta api yang melaju di atas rel ini hanya mampu berjalan dengan kecepatan maksimal 60 kilometer per jam.
”Kondisi ini berbeda dengan jaringan rel di Jawa yang sudah memakai R 54. Kereta api di rel ini bisa melaju sampai kecepatan 80 kilometer per jam,” katanya.
Semestinya kondisi rel di Sumut paling tidak sama dengan di Jawa sehingga mempercepat mobilitas barang dan manusia. Namun kondisi ini, katanya, tergantung dari persediaan dana pemerintah.
Seluruh jaringan kereta api di Sumut terbentang di rel sepanjang 529 kilometer. Bentangan rel ini terdiri dari Medan-Rantau Prapat, Medan-Belawan, Medan-Besitang, Tebing Tinggi-Pematang Siantar, dan Kisaran-Tanjung Balai.
Pemerintah Hindia Belanja, tuturnya, pernah ingin membuat jaringan rel kereta api yang menghubungkan seluruh Sumatera. Buktinya di sejumlah provinsi masih ada jaringan kereta api. Namun, rencana ini batal lantaran kedatangan Jepang pada Perang Dunia II.
Salah satu saksi hidup hubungan jaringan kereta api antarprovinsi adalah Ida Ismail (60). Ida pada umur 12 tahun pernah naik menggunakan kereta api sampai di Banda Aceh, Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam. Ketika itu Ida menemui neneknya yang berjualan di Banda Aceh.