Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Karena "Gurita Cikeas", KPU Diminta Klarifikasi Dana Kampanye

Kompas.com - 04/01/2010, 17:56 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Karena buku Membongkar Gurita Cikeas: Di Balik Skandal Bank Century yang ditulis oleh George Junus Aditjondro, Serikat Konstituen Indonesia (Sakti) dan Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) Indonesia meminta Komisi Pemilihan Umum (KPU) memberikan klarifikasi tentang hasil audit dana kampanye Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres) 2009.

Diwakili Ketua Umumnya, Standarkiaa, dan Sekretaris Jenderalnya, Muchtar Sindang, Sakti dan KIPP menyampaikan langsung permintaan tersebut melalui surat terbuka yang diserahkan langsung kepada anggota KPU, I Gusti Putu Artha, di Kantor KPU, Senin (4/1/2010) ini.

Menurut Ketua Umum Sakti, Standarkiaa, permintaan klarifikasi ini diajukan sehubungan dengan adanya dugaan aliran dana kampanye ilegal dalam Pileg dan Pilpres 2009 yang dipublikasikan dalam buku Gurita Cikeas.

"Sehubungan dengan publikasi buku Membongkar Gurita Cikeas yang memuat item-item dugaan penyimpangan aliran dana kampanye Pilpres dan Pileg 2009, khususnya di dalam halaman 65, kami meminta KPU membuka kembali dan mengklarifikasi secara jelas hasil audit dana Pilpres dan Pileg 2009. Ini penting, supaya masyarakat juga jadi clear tidak ada public distrust," paparnya.

Di samping meminta KPU memberi penjelasan kepada publik mengenai aliran dana kampanye, dalam surat terbuka yang disampaikan ke KPU, Sakti dan KPPI juga menyampaikan kekecewaannya terhadap kinerja KPU dan Bawaslu yang lalu karena tidak mendeteksi aliran-aliran dana kampanye secara jelas dalam audit.

Sementara itu, menjawab tuntutan sakti dan KPPI tersebut, I Gusti Putu Artha menyatakan bahwa KPU tidak akan keberatan jika harus membuka atau memublikasikan kembali hasil audit dana Pilpres dan Pileg 2009.

"Tidak ada masalah kalau KPU harus membuka dan menjelaskan hasil audit dana kampanye kembali, alirannya ke mana dan dari mana saja. Kalau diminta untuk itu kami bersedia, karena ini kan tanggung jawab kami di hadapan masyarakat. Tapi untuk melakukan verifikasi audit dana lebih jauh lagi dengan bersumber dari sebuah buku, itu menjadi kewenangan lembaga lain, bukan KPU dan tentunya juga harus didalami dulu item-item dalam buku tersebut," ujar Putu.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

Hari Pertama Penyerahan Dukungan, Mayoritas Provinsi Nihil Cagub Independen

Nasional
Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Hakim MK Sebut Sirekap Bikin Kacau Penghitungan Suara, Minta KPU Perbaiki

Nasional
Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Hakim PN Jaksel Tolak Praperadilan Karutan KPK, Status Tersangka Pungli Tetap Sah

Nasional
PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara 'Gaib' di Bengkulu

PAN Cabut Gugatan soal PPP Dapat Suara "Gaib" di Bengkulu

Nasional
Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, KIP: Merupakan Informasi Terbuka

Salinan Putusan Cerai Ria Ricis Beredar di Medsos, KIP: Merupakan Informasi Terbuka

Nasional
WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

WTP Kementan Terganjal “Food Estate”, Auditor BPK Minta Uang Pelicin Rp 12 Miliar

Nasional
Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Jokowi: Pemerintah Bangun Sumur Pompa Antisipasi Dampak Kemarau

Nasional
Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Bawaslu Ungkap Suara Caleg Demokrat di Aceh Timur Sempat Naik 7 Kali Lipat, Lalu Dihitung Ulang

Nasional
Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Mensos Risma Minta Data Penerima Bansos Ditetapkan Tiap Bulan untuk Hindari Penyimpangan

Nasional
Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Jokowi Pastikan Perpanjang Izin Ekspor Konsentrat Tembaga PT Freeport

Nasional
Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Risma Ingatkan Kepala Dinsos Se-Indonesia, Jangan Rapat Bahas Fakir Miskin di Hotel

Nasional
Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Kasus Korupsi Rumdin, KPK Cecar Kabag Pengelola Rumah Jabatan DPR soal Aliran Dana ke Tersangka

Nasional
KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

KPU Sebut Pemindahan 36.000 Suara PPP ke Garuda di Jabar Klaim Sepihak, Harus Ditolak MK

Nasional
Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Ketua KPU Ditegur Hakim saat Sidang Sengketa Pileg di MK: Bapak Tidur, Ya?

Nasional
Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Kementerian Khusus Program Makan Siang Gratis Disebut Diperlukan, Proyek Mercusuar Perlu Pengawasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com