Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemimpin Masa Depan Harus Rangkul Keberagaman

Kompas.com - 20/11/2009, 03:31 WIB

Mamasa, Kompas - Sidang Raya XV Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia dibuka di Lapangan Sepak Bola Demmatande, Mamasa, Sulawesi Barat, Kamis (19/11), dalam suasana khidmat. Menteri Perhubungan Freddy Numberi, yang mewakili Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, dalam sambutan acara pembukaan mengingatkan, saat ini, dunia, termasuk Indonesia, sedang menghadapi era globalisasi atau lompatan kuantum yang membuat banyak hal menjadi tak berbatas.

”Pemimpin bangsa ke depan adalah pemimpin tanpa batas dan berada dalam keberagaman. Karena itu, kita semua harus merangkul keberagaman ini. Karena, hanya dengan cara seperti ini kita menghadapi bersama lompatan kuantum dan era globalisasi ini dengan segala permasalahannya,” ujarnya

Pada kesempatan serupa, Ketua Majelis Pekerja Harian PGI Pendeta Andreas Aewange menekankan, dengan momentum sidang raya ini, warga gereja diharapkan bisa hidup damai dalam kemajemukan sekaligus menjadi solusi atas berbagai permasalahan bangsa. ”Indonesia adalah negara yang majemuk, baik dalam agama, budaya, bahasa, maupun suku. Warga gereja adalah warga bangsa yang merupakan bagian integral dari NKRI (Negara Kesatuan Republik Indonesia). Karena itu, harus bisa menempatkan diri, membangun, memberi ide untuk kehidupan bernegara, dan hidup damai dalam kemajemukan,” katanya.

Peserta

Sidang raya yang dijadwalkan berlangsung hingga 24 November 2009 itu diikuti 1.086 peserta. Mereka mewakili 85 gereja atau sinode dari seluruh Indonesia yang masuk dalam keanggotaan PGI. Dana

sidang, antara lain, didapat dari Pemerintah Kabupaten Mamasa (Rp 2 miliar), Pemerintah Provinsi Sulawesi Barat (Rp 500 juta), Jusuf Kalla (Rp 500 juta), dan peserta (Rp 300 juta).

Gubernur Sulawesi Barat Anwar Adnan Saleh meminta maaf atas pelaksanaan sidang yang sederhana. ”Sebenarnya sejak awal, kami pun berpikir sesuatu yang mustahil melaksanakan sidang raya di Mamasa. Daerah ini bukan hanya jauh dan mungkin tidak ada yang kenal, tetapi juga baru tujuh tahun menjadi kabupaten. Daerah tertinggal pula. Hanya semangat dan kemauan yang membuat acara ini bisa dilaksanakan,” katanya. (REN)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com