Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Yulianto: Mereka yang Menjadi Perantara (Duit Miliaran) (5)

Kompas.com - 10/11/2009, 12:42 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Setelah gembong teroris Noordin M Top tewas, barangkali orang yang saat ini paling dicari para penegak hukum di Indonesia adalah Yulianto. Sosok ini adalah the missing link, orang yang diyakini sebagai kunci pengurai kekusutan fakta atas kemelut kasus Bibit-Chandra.

Yulianto, oleh Ary Muladi, disebut sebagai orang yang menerima semua dana yang dipercayakan Anggodo kepadanya. Polisi tidak mempercayai sosok Yulianto. Menurut polisi, Yulianto adalah tokoh fiktif karangan Ary Muladi. Ary hingga kini bertahan pada keterangan terakhirnya bahwa semua uang ia berikan kepada Yulianto.  

Siapa Yulianto? Menurut Ary, Yulianto dikenalnya di Surabaya sepuluh tahun silam. Ary mengaku mengenal sosok Yulianto dari seorang rekannya yang bernama Haji Labid. Yulianto dikenalnya sebagai seorang wiraswasta yang beralamat di Jalan Darmahusada Indah di Surabaya. Menurut Ary, Yulianto mengaku kenal dengan sejumlah pejabat di Jakarta. Yulianto pun mengaku menyanggupi untuk “menembus” pimpinan KPK.

Kepala Polri Jenderal Bambang Hendarso Danuri dalam Rapat Kerja dengan Komisi III DPR mengatakan, Ary tidak bisa menunjukkan sosok Yulianto. Ary dalam keterangan pers seusai dimintai keterangan oleh Tim Delapan menuturkan bahwa tinggi badan Yulianto lebih tinggi sekitar 5 cm. Menurut pengamatan, tinggi badan Ary berkisar 175-180 cm.

Ary juga mendeskripsikan bentuk alis Yulianto yang cenderung lurus, naik di bagian ujungnya. "Jadi dia terkesan naik karena kayak orang Tionghoa. Mukanya bukan muka Chinese, tapi pribumi Indonesia. Kulitnya seperti saya, tapi lebih bersih dan badannya lebih atletis daripada saya," lanjut pria yang terkesan kalem ini.

Apakah Yulianto sosok fiktif? Bonaran Situmeang, kuasa hukum Anggodo Widjojo, adik bos PT Masaro Radiokom Anggoro Widjojo, berujar, "Kalau ada sosok Yulianto, saya akan sobek kartu pengacara saya."

Wartawan menelusuri keterangan Ary. Para juru warta menyambangi Perumahan Dharmahusada Permai, Mulyorejo, Surabaya. Dari petugas keamanan diperoleh informasi bahwa ada penghuni yang bernama Yulianto Limopranoto. Usut punya usut, ternyata Yulianto yang satu ini bukan yang dimaksud.

Selanjutnya, keterangan lain datang dari Surabaya. Ketua Ikatan Penasihat Hukum Indonesia (IPHI) Jawa Timur R Henry Rusdijanto, SH, mengaku mengenali sosok Yulianto sebagaimana dideskripsikan Ary Muladi.

Menurut Hendry, pada 1997, Yulianto pernah terlibat kasus penipuan tanah. "Ia dikenai hukuman selama satu tahun. Namun, mulai dari Polwiltabes hingga ke Pengadilan Negeri Surabaya tidak sempat dimasukkan ke penjara," katanya.

Sosok Yulianto tersebut akhirnya muncul kembali pada 2005. Saat itu, Yulianto sempat mengontak Hendry dan mengajaknya bergabung di kantornya untuk membentuk sebuah kantor biro jasa di sebuah daerah di Jakarta. Namun, sejak tahun 2005 hingga saat ini, ia kehilangan kontak dengan sosok Yulianto, yang disebut-sebut menerima uang suap Rp 5,1 miliar dari Ary Muladi.

Hendry meyakini keberadaan sosok Yulianto yang pernah dikenalnya itu melalui ciri-ciri yang disebutkan Ary Muladi di depan Tim Delapan atau Tim Pencari Fakta (TPF) pada beberapa hari yang lalu. "Yulianto memang berbadan atletis dan bermata sipit. Matanya memang sipit, kayak orang China, tapi dia Jawa," katanya.

Inikah Yulianto yang dicari? Tugas polisi untuk memastikan sosok Yulianto.


(Selesai)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com