Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antasari Tak Yakin Ada Suap

Kompas.com - 09/11/2009, 05:17 WIB

Dalam rangka menindaklanjuti adanya dugaan suap itu, Antasari menemui Ary Muladi di Malang. Namun, Antasari mengaku tetap tidak yakin. Keterangan Anggoro maupun Ary Muladi dinilai sebagai testimoni oleh orang yang tidak melihat atau mengalami sendiri sehingga tidak kuat sebagai alat bukti. Pada keduanya, Antasari juga tak menemukan bukti lain yang konkret untuk menguatkan sangkaan itu.

Antasari makin tak meyakini pimpinan KPK menerima suap terkait Masaro karena di KPK ketika itu, proses penyelidikan kasus Masaro masih terus berjalan. Ketika tengah mendalami kasus itu, Antasari ditangkap dan ditahan berkaitan dengan kasus pembunuhan Nasrudin.

Dalam proses penyidikan, kepolisian menyita laptop milik Antasari yang di dalamnya terdapat rekaman pembicaraan dengan Anggoro. Penyidik mempertanyakan rekaman ini kepada Antasari. Penjelasan Antasari mengenai rekaman itulah yang kemudian disebut sebagai testimoni Antasari.

”Jadi, testimoni saya itu adalah testimoninya Anggoro. Apa yang saya dengar pada waktu itu adalah testimoni Anggoro kepada saya, dan saya pun menilai testimoni Anggoro itu testimoni kata orang,” ujar Antasari yang tiba di Gedung Dewan Pertimbangan Presiden dengan pengawalan ketat kepolisian.

Sebelum mengakhiri keterangannya kepada pers, Antasari menyampaikan harapan agar persoalan ini segera diselesaikan. ”Dugaan-dugaan kalau memang iya dilanjutkan. Kalau tidak, jangan dipaksakan,” ujarnya.

Menanggapi penjelasan Antasari, Ketua Tim Delapan Adnan Buyung Nasution mengatakan, ”Menurut saya, paling bagus keterangan dia bahwa dia pun tidak percaya karena bukti belum cukup.”

Buyung menegaskan, proses verifikasi atas fakta dan proses hukum yang digunakan pihak penyidik dalam kasus Bibit dan Chandra saat ini sudah memberikan gambaran yang makin jelas kepada Tim Delapan. ”Makin mengerucut ke arah ada rekayasa atau tidak. Cukup kuat alat bukti untuk diteruskan menuju perkara atau tidak,” ujar Buyung.

Mata rantai terputus

Sebelum meminta keterangan kepada Antasari, Buyung menjelaskan masih terdapat mata rantai yang terputus dalam kasus Bibit dan Chandra, antara lain pada aliran dana yang tidak tersambung antara Ary Muladi dan dua unsur pimpinan (nonaktif) KPK.

”Itu termasuk yang harus kita dalami lagi. Apakah perkara yang masih missing link akan dibawa ke pengadilan? Buat apa? Hanya buang waktu, tenaga, pikiran, dan mengecohkan masyarakat. Orangnya pun tersiksa jadi terdakwa,” ujar Buyung.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com