JAKARTA, KOMPAS.com — Keberhasilan aparat kepolisian melakukan penggerebekan di sarang persembunyian Noordin M Top cukup diapresiasi, apalagi gembong teroris itu diduga kuat tewas dalam kepungan polisi selama dua hari ini. Kendati demikian, pihak kepolisian diminta jangan terlena atas keberhasilan "melumpuhkan" otak sejumlah aksi bom di Indonesia itu.
Pengamat militer Andi Widjajanto mengingatkan, polisi dan intelijen memiliki PR besar memperbaiki kelemahan dalam mengungkap sejumlah aksi terorisme. Kelemahan intel, menurutnya, dalam hal cegah tangkal terorisme.
"Ini masalah besar. Selama ini, lemah sekali dalam mengantisipasi serangan berikutnya," kata Andi kepada Kompas.com, Sabtu (8/8).
Jika cegah tangkal ini dilakukan secara tepat, kerja dan strategi antiteror yang dijalankan akan membuahkan hasil dalam waktu yang relatif cepat.
Dihubungi terpisah, anggota Komisi Hukum (Komisi III) DPR, Eva Kusuma Sundari, mengkritisi kerja kepolisian yang baru bergerak ketika aksi terjadi. Penumpasan jaringan teroris seharusnya dilakukan secara terus-menerus.
"Kalau sekarang kan, setelah bom, baru energi polisi dan Densus dilipatgandakan. Ini harus menjadi pelajaran. Kenapa harus tunggu ada bom meledak baru bergerak," kata anggota Fraksi PDI Perjuangan ini. Lamanya waktu yang dibutuhkan polisi untuk menaklukkan Noordin, menurut Eva, memberikan waktu bagi teroris untuk memperkuat diri dan melakukan regenerasi.
"Sekarang momentumnya. Kalau masih ada otak lain, harus segera ditangkap agar tidak menjadi ancaman baru," ungkapnya. Anggaran antiteror bagi Polri yang ditingkatkan mencapai Rp 1 triliun diharapkannya bisa dimanfaatkan untuk memacu kerja Densus 88 dan kepolisian.
Ia juga berharap, Polri tidak memainkan ego sektoral dalam mengungkap jaringan terorisme. "Jaringannya harus dituntaskan. TNI sudah menawarkan diri untuk membantu meningkatkan keterampilan intelijen. Saya berharap, Polri mau bekerja sama dengan TNI, jangan memainkan egonya," ujar Eva.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.