KOMPAS.com — Meskipun saat ini telah memasuki masa kampanye pemilihan presiden dan wakil presiden, geliat usaha di pusat penjual atribut kampanye di Pasar Senen, Jakarta Pusat, tampak lengang. Hal tersebut sudah diprediksi para pedagang yang rata-rata sudah berjualan selama puluhan tahun.
"Penjualan turun sekitar 80 persen dibanding kampanye pemilu legislatif kemarin," ungkap Syaiful, pemilik toko Ampera kepada Kompas.com, Senin (15/6). Di blok I Pasar Senen tersebut merupakan pusat atribut partai terbesar di Jakarta. Terdapat sekitar 250 pedagang atribut kampanye yang berada di lantai I, II, dan III.
Syaiful yang telah berjualan selama 29 tahun tersebut mengatakan, penjualan saat kampanye pilpres ini sangat berbeda dengan pileg lalu. Menurutnya, saat ini pemesanan hanya dilakukan oleh segelintir simpatisan pasangan tertentu, berbeda dengan pileg lalu yang dilakukan oleh caleg-caleg partai.
"Caleg kemarin habis-habisan pesan atribut. Bisa sampai ribuan sekali pesan. Kita sampai kewalahan," ucapnya. Pada pileg lalu, cerita Syaiful, segala jenis atribut kampanye laris diburu para caleg mulai dari kaus, jaket, jas, topi, pin, stiker, bendera, batik partai, kerudung, bola, payung, dan sebagainya.
Namun, untuk saat ini pemesanan atribut hanya berupa pakaian satgas dan kaus bergambar pasangan capres dan cawapres saja. "Sekarang, sehari paling lima kemeja yang laku. Samalah keadaannya dengan Pilpres 2004," katanya.
Untuk pakaian satgas dipatok dengan harga Rp 175.000/potong. Sedangkan untuk kaus bervariasi dengan harga Rp 20.000/potong untuk bahan tebal dan Rp 7.000 untuk bahan tipis. "Kaus tipis minimal pesan 1.000 potong. Kalau yang tebal bisa satuan," ucapnya.
Saat ini, lanjut Syaiful, pemesanan atribut di tokonya yang berada di lantai II tersebut paling banyak untuk pasangan SBY-Boediono yang dipesan oleh tim sukses pasangan tersebut. Namun, ia menalok menyebutkan jumlah pesanannya.
Sedangkan untuk pasangan Mega-Prabowo dan JK-Wiranto hanya dipesan oleh para simpatisan. "Kita stok barang untuk semua pasangan. Takut ada yang pesan mendadak," katanya.
Syaiful mengatakan, keadaan sepi order ini diprediksi akan terus terjadi hingga pemilu selesai. "Ini bakal datar aja dari awal sampe akhir," kata Syaiful.
Senada juga diungkapkan H. Napi pedagang atribut kampanye Harapan Perdana di lantai I. Ia mengaku omzetnya turun sekitar 50 persen dibanding masa kampanye pileg lalu. "Sampai sore ini aja belum ada yang pesan," ucapnya.
Menurut Napi, pada pileg kemarin banyak Caleg dari seluruh Indonesia yang memesan berbagai atribut kampanye ke tokonya. Namun setelah pileg, kebanyakan caleg-caleg tersebut tidak lolos menuju Senayan dan tidak mau lagi membantu kampanye capres dan cawapres. "Pileg kemarin laku keras. Kain kotor kita sablon lambang partai pun laku dijual," ucapnya.
Namun, ada pengalaman pahit saat pileg lalu, di mana banyak caleg yang menolak melunasi sisa pembayaran setelah kalah dalam pertarungan pemilu legislatif. "Kami rugi sampai 500 juta kemarin. Calegnya ada yang meninggal dan banyak yang tinggal daerah-daerah jauh. Bagaimana kita nagihnya," katanya.
Untuk itu, kata Napi, sekarang ini berapa pun pemesanannya ia hanya melayani pembeli yang membayar dengan lunas. "Kapok diutang," ucapnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.