Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merek Indonesia

Kompas.com - 14/05/2009, 01:30 WIB

Kualitas produk Indonesia tak perlu diragukan lagi. Itulah sebabnya banyak produk Indonesia yang diekspor dan diberi merek oleh sang pembelinya. Contohnya, sepatu merek Nike dan Adidas yang diproduksi beberapa pabrik di Tangerang.

Tak mengherankan pula jika pameran kerajinan Indonesia seperti Inacraft selalu dinanti-nanti dan dikunjungi puluhan ribu orang. Tapi pameran dan promosi saja tak akan cukup menanamkan kecintaan pada produk dalam negeri.

Perlu dukungan lebih bagi produk lokal yang sudah dikenal masyarakat maupun yang potensial untuk menjadi kebanggaan bangsa. Awal 2009 ini, Depdag menerbitkan Permendag 56/2008 terkait pengetatan impor lima produk termasuk garmen. Aturan itu agaknya cukup membantu di saat krisis. Sayangnya, aturan itu hanya berlaku sementara saja.

Masyarakat selama ini lebih mudah mendapatkan barang impor baik yang mahal maupun murah dari pada produk lokal. Hal itu disebabkan karena beberapa mal dan departemen store lebih memprioritaskan produk impor dari pada merek lokal.

Pembangunan merek lokal harus didukung kebijakan pemerintah dari hulu hingga ke hilir. Mulai dari produksi hingga pemasaran.

Pengembangan merek

Bukan hanya pengusaha besar yang mulai sadar akan pentingnya sebuah merek atas produk yang dijualnya. Usaha Kecil Menengah (UKM) pun menyadarinya.

Makanan ringan yang dijual asongan di KRL dan bis kota seperti kacang telur, kerupuk kulit, bahkan permen jahe ada mereknya. Memang masih sederhana, hanya selembar kertas bertuliskan nama produsen dan alamatnya. Tapi cukup untuk konsumen mengenali produk yang dipilihnya.

Merek tak hanya menjadi alat promosi produk namun juga menjadi jaminan bagi konsumen atas kualitas produk yang dibelinya. Untuk itulah, Departemen Perdagangan menargetkan 60 merek produk UKM lokal tercipta setiap tahunnya.

"Pengusaha menengah pasti mampu membuat merek sendiri. Porsi pemerintah adalah membantu UKM,"ujar Sekjen Depdag, Ardiansyah Parman.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com