Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Antasari Curhat pada Wartawan

Kompas.com - 02/05/2009, 20:30 WIB

KOMPAS.com - Outbound di Gunung Mas, Cisarua, Bogor, Jawa Barat, Jumat (3/4) lalu sepertinya merupakan kenangan terakhir antara para wartawan dengan Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Antasari Azhar. Saat itu, Antasari Azhar begitu akrab bercengkrama dengan para wartawan yang memang sehari-harinya meliput di KPK. Bahkan dia pun bernyanyi dan berduet dengan salah satu wartawan dari Jurnal Nasional, Okky.

Saat berduet dengan Okky, dia pun menyanyikan sebuah lagu yang berjudul "Jangan Ada Dusta di Antara Kita". Meski suara Okky "sangat bagus" saat berduet dengan Antasari, rekan-rekan wartawan dan pimpinan serta karyawan KPK yang berada di lokasi tersebut pun tertawa.

Usai bernyanyi, dia pun mulai serius membahas tentang bagaimana peliputan di institusi yang dipimpinnya. Saat itu, banyak rekan wartawan yang kecewa, mendengar keputusannya. Namun, memang itulah yang harus disepakati dan tidak boleh dilanggar. Keputusan itu adalah KPK satu pintu. Meskipun wartawan membantah dan menolak keputusan tersebut, tetapi tetap percuma. Hal ini dikarenakan para pimpinan yang lain tidak mau memberikan keterangan atau dikonfirmasi oleh wartawan.

"Saya ingin setiap pemberitaan di KPK melalui satu pintu yaitu saya atau juru bicara KPK (Johan Budi, red). Bukan tidak boleh melalui pimpinan yang lain, tetapi saya khawatir ada statemen yang berbeda antara satu pimpinan dan pimpinan yang lainnya, tentunya hal itu akan membuat masyarakat menjadi bimbang," kata Antasari saat itu. Menurutnya, jika Johan Budi tidak bisa memberikan keterangan, atas rekomendasi darinya atau dari Johan Budi maka barulah wartawan bisa meminta keterangan atau konfirmasi dengan para pimpinan KPK yang lainnya.

Beberapa hal juga dibahas pada pertemuan tersebut. Salah satunya adalah pengumuman tersangka baru dari kasus dugaan korupsi yang ada di Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans) . Meskipun ada tersangka baru, tetapi Antasari Azhar tetap menolak mengumumkan namanya. Dia baru akan memberitahu namanya, pada Senin (6/4). Selain itu, dia juga sempat menguji wartawan dengan menanyakan apa perbedaan antara saksi, tersangka dan terpidana. Antasari menunjuk Vika, wartawan dari Hukum Online untuk menjawabnya. Bersyukur, Vika pun dapat menjawab pertanyaannya dengan baik dan benar, sehingga para wartawan pun tidak malu dengan Sang Ketua.

Usai tanya jawab, dia pun kembali duduk di kursi bergabung dengan wartawan. Tidak terkesan ada jarak antara Pria kelahiran lulusan Universitas Sriwijaya ini dengan para wartawan malam itu. Dia bercerita tentang bagaimana KPK menangani sejumlah kasus-kasus korupsi. Selain itu, dia juga memberi nasehat dengan beberapa orang wartawan yang berbincang dengannya, terutama mengenai masalah hidup. Antasari juga menyempatkan diri untuk mengenal para wartawan yang saat itu tidak terlalu dikenal olehnya. Sehingga, suasana malam tersebut terkesan penuh dengan keakraban. Namun, bukan wartawan namanya kalau tidak menyelam sambil minumair.

Suasana itu tetap dimanfaatkan untuk mendapatkan berita sebanyak mungkin serta mendapatkan ilmu yang berharga. Hanya saja, malam cepat berlalu dan saat waktu menjelang tengah malam, Antasari pun pamit. Dia mengatakan bahwa harus segera kembali ke Jakarta karena ada sesuatu hal yang penting. "Bukan berarti kalau saya pulang kalian bersedih, saya ingin suasana ini lain kali bisa kita ulang lagi. Di sini duduk bersama dan berbagi cerita bersama teman-temanku. Saya di sini bukan sebagai Ketua KPK, tetapi sebagai teman yang ingin curhat kepada sahabatnya," kata Antasari.

Sebelum meninggalkan lokasi outbound, dalam acara malam ramah tamah tersebut, Antasari juga sempat curhat kepada wartawan. Curhatnya sedikit banyak tentang pekerjaannya yang begitu berat sebagai Ketua KPK. Namun, dia meminta kepada wartawan untuk tidak menuliskan hal itu menjadi berita, tetapi disimpan dalam hati dan memberikan solusi. "Ini off the record ya, tolong saya minta jangan ditulis, saya ingin agar rekan-rekan tidak hanya mencari berita di KPK,tetapi bisa menjadi teman dan sharring dengan kita," katanya.

Tidak disangka selang tiga minggu kemudian, para wartawan mendapat kabar bahwa Pria kelahiran Pangkal Pinang, Bangka Belitung ini diduga terlibat dalam kasus pembunuhan Direktur PT Putra Rajawali Banjaran, Nasrudin Zulkarnaen. Persda Network sempat berkirim pesan dengannya, Sabtu (2/5) siang. Dia pun mengirimkan pesan kepada rekan-rekan wartawan yang biasa meliput di KPK melalui Persda yang isinya  mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan dan mohon doa semoga Allah SWT memperlihatkan yang terbaik untuk kita dan negara. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan 'Nasib' Cak Imin ke Depan

Fokus Pilkada, PKB Belum Pikirkan "Nasib" Cak Imin ke Depan

Nasional
Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Kritik Dukungan Nasdem ke Prabowo, Pengamat: Kalau Setia pada Jargon “Perubahan” Harusnya Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com