Sebastian memprediksi, wajah parlemen ke depan bakal terisi tiga kelompok besar.
Pertama, kelompok saudagar yang terpilih karena mengandalkan kekuatan uangnya. Kelompok ini bisa menjadi sangat pragmatis. Aktivitas di DPR bisa saja digunakan sebagai upaya mencari peluang atau memperlebar jaringan bisnis.
Kedua, kelompok pesohor atau yang memanfaatkan ketokohan semata. Kelompok ini bakal cenderung menjadi ”anak manis” yang sibuk menjaga citra diri, dan karena itu bakal lebih mudah dikendalikan eksekutif.
Kelompok ketiga adalah politisi yang berlatar belakang aktivis atau penggerak parpol. Kelompok inilah yang bisa diandalkan untuk memikirkan produktivitas dan kualitas DPR. ”Namun, kelompok ini jumlahnya kecil, antara 10-15 persen saja,” sebut Sebastian.
Menurut pimpinan Fraksi Partai Golkar DPR Idrus Marham, pada masa lalu terbukti bahwa jumlah parpol dan fraksi yang banyak hanya membuat proses kerja di DPR menjadi lamban, boros, dan tidak produktif. Proses pengambilan keputusan lebih didominasi negosiasi ketimbang perdebatan konseptual.
Karena itu, Idrus yang juga Wakil Ketua Panitia Khusus RUU Susunan dan Kedudukan Anggota MPR, DPR, DPD, dan DPRD menilai mekanisme penyederhanaan parpol bukan hanya lewat pemilu saja yang mesti dijalankan. Harus juga dipikirkan penyederhanaan fraksi di DPR.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.