Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soto Betawi Sejak Tahun 1940-an

Kompas.com - 21/02/2009, 11:43 WIB

Jumlah daging sapi serta kuah soto sebanyak itu ternyata bisa habis terjual hanya sekitar tujuh jam berdagang pada hari Sabtu dan Minggu. "Kalau Sabtu dan Minggu saya sudah buka sejak pukul 07.00 hingga pukul 17.00. Tapi biasanya soto buatan saya sudah habis terjual sekitar pukul 14.00. Sementara untuk hari biasa pada Senin hingga Kamis, biasanya soto buatan saya baru habis terjual pada pukul 17.00," ujar Husen yang juga menyebutkan bahwa warungnya tutup pada hari Jumat.

Warung soto betawi itu menjadi salah satu warung yang menjadi pilihan para karyawan saat makan siang. Menurut Husen, biasanya pada hari Senin hingga Kamis, terutama jam-jam menjelang makan siang, pelanggannya sudah antre. "Awalnya pelanggan yang datang adalah karyawan yang bekerja di sekitar Manggarai, selanjutnya para karyawan dari Kuningan, dan saat ini sudah hampir dari seluruh Jakarta yang datang ke sini," katanya.

Sementara itu pada Sabtu dan Minggu kebanyakan pelanggannya adalah keluarga yang menikmati liburan. Saking terkenalnya warung makan milik Husen itu, pelanggannya pada Sabtu dan MInggu juga banyak yang berasal dari luar daerah.

"Ada pelanggan dari luar pulau Jawa yang menyempatkan makan di sini. Kebanyakan mereka singgah di bandara dan pergi ke sini hanya untuk membeli soto," ujar Husen yang mematok harga Rp 15.000 untuk satu porsi soto betawi.

Pelayanan Ramah, Nggak Jutek

Husen memiliki kunci sukses membuat warung soto betawinya ramai pembeli. Dikatakan, selain memiliki racikan bumbu yang pas serta rasa soto yang enak, ia juga menerapkan pelayanan yang cepat dan ramah kepada pembeli.   "Walaupun makanannya enak tapi kalau pelayanannya enggak ramah atau jutek, dijamin pelanggan yang datang hari ini besok-besok tidak bakal balik ke sini," ujar Husen.

Lebih lanjut Husen mengatakan bahwa saat pertama kali merintis usaha berdagang soto betawi, ayahnya Kaiban, selalu meracik sendiri bumbu masakannya. Hal itu yang disebut kuncian alias resep rahasia oleh Husen. Namun kebiasaan ayahnya itu tidak diikuti oleh Husen. Ia berusaha melestarikan makanan asli Betawi tersebut bersama sembilan karyawannya. "Saat ini kami sama-sama berdagang di sini. Resep racikan warisan orangtua saya juga sudah saya ajarkan kepada para karyawan," ujar Husen.

Ia mengakui bahwa tempat berdagangnya saat ini sudah terbilang sempit, tidak sebanding dengan jumlah pelanggan yang datang ke warungnya setiap hari. Selain itu tidak tersedianya lahan parkir yang memadai membuat sejumlah pelanggan yang mengendarai mobil dan sepeda motor terpaksa harus memarkirkan kendaraannya di tepi jalan. "Kalau sudah ada modal untuk membeli lahan saya berencana membuat cabang, tapi menunggu punya lahan dulu," tandas Husen. (MUR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com