Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Agustus 2009 TNI AU Punya 10 Sukhoi

Kompas.com - 02/02/2009, 20:13 WIB

MAKASSAR, SENIN — Departemen Pertahanan secara resmi menerima tiga pesawat tempur Sukhoi jenis Su-30 MK2 buatan Rusia, yang beberapa waktu lalu tiba di Pangkalan Udara TNI Angkatan Udara Sultan Hasanuddin, Makassar.

Pada Agustus 2009, rencananya akan datang lagi tiga pesawat sejenis, yang akan melengkapi satu skuadron tempur udara Skuadron Udara 11 di Lanud tersebut sehingga memiliki kekuatan sebanyak 10 pesawat tempur.

Hal itu disampaikan Sekretaris Jenderal Departemen Pertahanan (Sekjen Dephan) Sjafrie Sjamsoeddin, Senin (2/2), seusai menandatangani laporan berita acara serah terima tiga jet tempur itu.

”Pengadaan pesawat-pesawat tempur Sukhoi ini berasal dari alokasi anggaran pinjaman luar negeri (Kredit Ekspor) sebesar 335 juta dollar Amerika Serikat. Pengadaan pesawat tempur kali ini sudah sesuai rencana pengembangan postur pertahanan kita,” ujar Sjafrie.

Dari skema pembayaran yang disepakati, Pemerintah Indonesia baru akan membayar cicilan pada tahun keenam selama tujuh tahun ke depan. Sepanjang lima tahun pertama, pemerintah belum dikenai kewajiban membayar apa-apa.

Dalam jumpa pers, Duta Besar Rusia untuk Indonesia Alexander Ivanov menekankan, persenjataan yang saat ini ditawarkan negaranya ke Indonesia adalah jenis persenjataan tercanggih pada kelasnya.

Dalam waktu dekat, Pemerintah Indonesia juga akan mengadakan persenjataan jenis kapal selam Kilo Klas buatan Rusia. Pembelian kapal selam itu diadakan melalui fasilitas kredit negara (state credit), yang telah disepakati di antara kedua negara sebesar satu miliar dollar AS.

Kerja sama serupa, menurut Ivanov, sudah pernah terjadi di antara kedua negara sejak tahun 1960-an. Dia menolak anggapan kerja sama itu terkait kepentingan Rusia saja atau sekadar terkait diplomasi militer Rusia. Menurutnya, saat itu Angkatan Bersenjata RI banyak diperkuat oleh persenjataan buatan Rusia.

”Persoalan paling penting, Rusia tidak pernah terapkan syarat apa pun saat bekerja sama secara militer maupun teknis dengan Indonesia seperti sekarang. Kami adalah mitra yang dapat diandalkan oleh Indonesia,” ujar Ivanov.

Sebelumnya, tiga pesawat Sukhoi tiba di Lanud Sultan Hasanuddin dalam dua kesempatan berbeda, 26 Desember 2008 dan 17 Januari 2009, diangkut dalam kondisi terpisah dari Rusia menggunakan pesawat angkut Antonov AN-124-100. Seusai dirakit, ketiga pesawat kemudian sukses diuji terbang.

Lebih lanjut, terkait persenjataan, menurut Dirjen Sarana Pertahanan Departemen Pertahanan Marsekal Muda TNI Eris Herryanto, pembeliannya akan menggunakan skema alokasi kredit pinjaman yang berbeda dengan skema kredit pengadaan pesawat Sukhoi.

”Nanti akan diambil dari APBN, alokasi ke TNI Angkatan Udara, dan juga melalui kredit komersial. Kita masih ada alokasi Kredit Ekspor tahun 2004, yang prosesnya masih ada di Departemen Keuangan menunggu penandatanganan loan agreement. Selain itu juga dibiayai melalui state credit dengan Rusia yang masih diproses,” ujar Eris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Jelang Puluhan PSU, Bawaslu Sebut Masih Ada Potensi Penyelenggara Tak Netral

Nasional
PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

PDI-P: Tak Ada Tawaran Ganjar Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Dalami Laporan Dugaan Pelanggaran Etik, KY Buka Peluang Periksa Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Soal Pihak yang Terlibat Aliran Dana Rp 5 Triliun ke 20 Negara, PPATK Enggan Beberkan

Nasional
Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Kasus Dana PEN Muna, Eks Dirjen Kemendagri Dituntut 5 Tahun 4 Bulan Penjara

Nasional
BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

BSSN Akui Data Lama INAFIS Bocor, Polri Akan Lakukan Mitigasi

Nasional
Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Anies dan Ganjar Diprediksi Menolak jika Ditawari jadi Menteri Prabowo

Nasional
Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi 'Online'

Ingatkan Satgas, Kriminolog: Jangan Dulu Urusi Pemain Judi "Online"

Nasional
Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Dilema PDI-P di Pilkada Jakarta: Gabung PKS atau Buat Koalisi Baru

Nasional
Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Jelang Pilkada, Baharkam Polri Minta Jajaran Petakan Kerawanan dan Mitigasi Konflik

Nasional
PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

PPATK Ungkap Lebih dari 1.000 Anggota Legislatif Main Judi Online

Nasional
Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Bawaslu Luncurkan Posko Kawal Hak Pilih Pilkada Serentak 2024

Nasional
KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

KY Terima Laporan KPK terhadap Majelis Hakim Perkara Gazalba Saleh

Nasional
Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Belum Sentuh Bandar, Satgas Pemberantasan Judi Online Dianggap Mengecewakan

Nasional
Mempermainkan Hukum sebagai Senjata Politik

Mempermainkan Hukum sebagai Senjata Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com