Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benteng Terakhir Pertahanan Ciliwung

Kompas.com - 19/01/2009, 07:32 WIB

Hutan seluas 496 hektar yang melingkupi wilayah Kabupaten Cianjur dan Bogor di Provinsi Jawa Barat itu adalah salah satu sumber mata air Ciliwung dengan keseimbangan ekosistem yang masih lestari. "Di hutan ini, beberapa satwa endemik Jawa Barat masih bisa ditemukan, seperti Owa Jawa (Hylobathes moloch) dan Surili (Presbytis comata)," tutur Siswoyo, Kepala Resor Taman Wisata Alam (TWA) Telaga Warna Bogor, yang juga mengurusi Cagar Alam Telaga Warna.

Pria yang baru menjabat selama dua bulan itu takjub bahwa hutan yang luasnya tidak seberapa itu masih dapat ditemukan jejak spesies khas dan dilindungi. Owa Jawa di kawasan itu diperkirakan sebanyak enam ekor dan Surili 13 ekor. Dalam satu bulan terakhir, pihaknya bahkan menemukan sarang Elang Jawa (Spizaetus bartelsi) dan jejak cakar macan tutul (Panthera pardus melas) yang saat ini populasinya terancam punah.

Hutan dengan ketinggian 1.400-1.884 meter di atas permukaan laut itu memiliki 11 anak sungai yang bermuara ke daerah aliran sungai (DAS) Ciliwung. Di cagar alam itu, terdapat tidak kurang dari 106 spesies fauna, di mana 15 satwa di antaranya tergolong endemik dan dilindungi.

Adapun potensi flora sedikitnya berjumlah 212 jenis, meliputi tanaman obat, tanaman hias, tumbuhan aromatik, tumbuhan bahan baku kerajinan, bahan minuman, maupun tumbuhan penghasil bahan warna.

Cagar Alam Telaga Warna itu berbatasan dengan TWA Telaga Warna di Kabupaten Bogor, kawasan penampung air tertinggi di Bogor yang juga memasok sumber air ke Ciliwung. Luas telaga itu 7.156 meter persegi dengan kedalaman mencapai 15 meter.

"Berdasarkan hasil penelitian mahasiswa Universitas Indonesia beberapa waktu lalu, Telaga Warna masih banyak didatangi spesies capung. Spesies ini merupakan salah satu indikator bahwa kualitas air telaga tergolong baik. Ini tidak akan terjadi jika kawasan cagar alam dan telaga alam rusak," kata Siswoyo.

Ancaman kerusakan

Perambahan kawasan juga berlangsung di Taman Nasional Gede Pangrango (TNGP). Di kawasan TNGP, dari areal seluas 7.000 hektar yang merupakan eks hutan produksi Perum Perhutani, hampir separuh arealnya digarap oleh masyarakat untuk perkebunan sayur, dan kebun kopi. Hal itu mengakibatkan berkurangnya resapan air dan mempercepat laju erosi.

Total luas TNGP saat ini 21.975 hektar. Banyak mata air dari kawasan TNGP juga menyumbang air bagi DAS Ciliwung. Di kawasan itu, terdapat satwa yang dilindungi, di antaranya macan tutul dan elang Jawa. Kerusakan yang terjadi di dalam kawasan TN adalah ancaman bagi bertahannya keanekaragaman hayati. (LKT/MUK/ONG/MZW)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com