Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

80 Tewas dalam Pertempuran di Somalia

Kompas.com - 04/10/2008, 04:48 WIB

JENEWA, JUMAT- Sedikitnya 80 warga sipil tewas, dan lebih dari 100 lain cedera dalam kekerasan di Mogadishu, ibukota Somalia, pada pekan terakhir September. Demikian dilaporkan PBB, Jumat.

Sekitar 110 orang dirawat di dua rumah sakit utama di Mogadishu, namun "jumlah mereka yang cedera diperkirakan lebih tinggi", kata Elisabeth Byrs, jurubicara Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA).

Sekitar 15.000 orang juga kehilangan tempat tinggal setelah pertempuran itu, beberapa dari mereka melarikan diri ke daerah lebih aman di kota itu dan yang lain pergi ke koridor Afgooye yang sudah menjadi tempat pengungsian bagi 300.000 orang yang terlantar.

OCHA meminta bantuan dana 646 juta dolar untuk menolong 3,2 juta orang atau 43 persen dari penduduk Somalia, yang sangat membutuhkan bantuan kemanusiaan. Namun, Byrs mengatakan, dana itu masih kurang 231 juta dolar.

Badan pengungsi PBB sebelumnya menyebut pertempuran di Mogadishu sebagai "yang paling parah sejak Februari 2007", tak lama setelah pendongkelan muslim garis keras dari kekuasaan. Badan PBB itu memperkirakan, 700.000 orang melarikan diri dari ibukota Somalia tersebut tahun lalu, dan sekitar 160.000 lain mengungsi sejak awal tahun ini.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut. Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Washington menyebut al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden. Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara itu.

Pemerintah transisi lemah Somalia tidak mampu menghentikan aksi perompak yang membajak kapal-kapal dan menuntut uang tebusan bagi pembebasan kapal-kapal itu dan awak mereka. Perompak, yang bersenjatakan granat roket dan senapan otomatis, menggunakan kapal-kapal cepat untuk memburu sasaran mereka.

Perairan di lepas pantai Somalia merupakan tempat paling rawan pembajakan di dunia, dan Biro Maritim Internasional melaporkan 24 serangan di kawasan itu antara April dan Juni tahun ini.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com