JAKARTA, SABTU — Budayawan Sudjiwo Tejo menolak keras RUU Pornografi. Menurutnya, pembahasan dan kengototan DPR-pemerintah atas RUU tersebut menunjukkan arogansi dan kemunafikan pihak-pihak yang menghendaki RUU yang telah dibahas selama 11 tahun itu.
Persoalan hasrat seksual dan segala hal yang bisa membangkitkan gairah seks yang menjadi obyek RUU, kata dia, tak perlu diatur secara khusus. "Kalau kita lihat sejarah dulu, seksualitas itu merupakan sisi gelap manusia yang harus diakomodir. Belum lama ini saya ke Arab. Di sana perempuan serba tertutup, membatasi hubungan dengan yang bukan muhrimnya. Perempuan Arab itu akhirnya kalau mau laki-laki mereka menjatuhkan kertas berisi nomor telepon," kata Sudjiwo dalam diskusi Menanti Lahirnya UU Pornografi di Jakarta, Sabtu (20/9).
Dikatakan Sudjiwo, seseorang tergairahkan atau tidak tergantung pada mindset-nya. Sebab, pandangan terhadap suatu hal kebanyakan diarahkan oleh persepsi sosial masyarakat yang telah terbentuk sebelumnya. Hal ini membuat anak-anak ataupun generasi muda sudah terkurung dengan pandangan yang sudah berlaku sebelumnya.
Pada kesempatan yang sama, Asisten Deputi Kementerian Pemberdayaan Perempuan Sofinas Z Asaari mengatakan, semua masukan tentang substansi RUU akan diakomodasi. Ia prihatin dengan VCD-VCD porno yang beredar luas dan mudah didapatkan siapa pun. "Kita ingin melindungi anak-anak, perempuan, dan generasi muda," kata Sofi.
Menanggapi pernyataan ini, Sudjiwo berpendapat, substansi RUU seharusnya tidak melulu berisi punishment, melainkan berisi anjuran agar orangtua dan para guru memberikan pendidikan seks secara dini kepada anaknya. Dengan keterbukaan ini, diharapkan akan ada perubahan paradigma dalam memandang apa yang disebut porno.
"Dampak porno ini kan tidak hanya untuk satu kelas. Untuk anak mungkin apa-apa, tapi untuk orang dewasa kan tidak berdampak apa-apa. Oleh karena itu, buat saja anjuran yang mengharuskan pendidikan seks agar orangtua dan guru juga tidak lepas tangan. Dengan melihat orang ciuman, anak-anak akan melihat manusia penuh kasih sayang daripada dia melihat orang berantem dan tayangan kekerasan di TV," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.