Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bos Pijat Plus Pekerjakan ABG

Kompas.com - 15/08/2008, 10:15 WIB

JAKARTA, JUMAT — Puluhan anak baru gede (ABG) yang dipekerjakan sebagai pemijat plus gembira ketika polisi  membebaskan mereka dari sebuah hotel dan panti spa di Kompleks Niaga Latumeten, Jalan Latumeten, Jelambar, Jakarta Barat, Kamis (14/8) siang. Para ABG tersebut rata-rata terjebak tawaran bekerja di Ibu Kota dengan gaji besar.

"Saya sangat bersyukur dengan digerebeknya hotel ini. Akhirnya kami bisa pergi dari sini," ujar LT (16), gadis asal Batam, sesaat setelah keluar dari tempat penampungan. Dia mengaku sudah satu bulan disekap di hotel tersebut. "Selama satu bulan itu kami dilatih memijat dan melayani tamu," katanya. Menurut LT, pengelola hotel tersebut menyatakan, LT dan puluhan ABG lainnya akan dijadikan pemijat plus.

Ketika polisi menggerebek tempat penampungan itu, LT dan puluhan ABG senasib yang berusia 15-17 tahun berteriak histeris dan mengucap syukur. Mereka juga gembira karena bisa lepas dari perlakuan kejam pengelola hotel dan spa tersebut.

Selama di penampungan, kata LT, pengelola hotel melarangnya berhubungan dengan dunia luar. "Barang-barang saya semuanya disita, termasuk telepon genggam yang saya bawa dari rumah," ungkapnya. Menurut LT, pengelola maupun penjaga hotel dan spa kerap berlaku kasar. "Kami tidak bisa berbuat apa-apa karena takut dengan para penjaganya," ujarnya.

DW (16), rekan LT, mengaku bahagia karena bebas. "Saya tak bisa berkata apa-apa. Saya senang sekali dengan penggerebekan ini," kata warga Tangerang itu.

DW mengaku terjebak di hotel tersebut. Sekitar lima bulan lalu, kata DW, dirinya ditawari pekerjaan di sebuah restoran di Jakarta dengan gaji cukup besar. Tawaran itu datang dari pengurus sebuah yayasan penyalur pembantu di dekat rumahnya di Tangerang. Karena tertarik, DW minta uang kepada orangtuanya untuk membayar biaya administrasi di yayasan.

Sesampai di Jakarta, DW dibawa ke hotel dan spa di Jalan Latumeten itu dan dipaksa jadi pemijat plus. "Saya pernah mencoba kabur tapi tidak bisa," tuturnya.

Sebelum diterjunkan sebagai pemijat plus, para pendatang baru seperti LT lebih dulu mengikuti pelatihan memijat. Lima bulan kemudian, mereka diminta melayani pria hidung belang.

Dirampas

Para wanita pemijat itu tidak mendapat gaji. Menurut RN, salah satu pemijat, uang yang ia miliki merupakan uang tip dari tamu. "Tapi, kadang-kadang uang yang kami dapat dari tamu juga dirampas," tuturnya. Dia menambahkan, pengelola hotel menyediakan makan dan tempat tinggal serta memenuh kebutuhan harian para wanita pemijat seperti dirinya.

Praktik penyekapan puluhan ABG tersebut diketahui ketika polisi menerima laporan seorang warga luar Jakarta yang tak bisa membawa anaknya keluar dari hotel itu. Awalnya, orangtua si ABG itu datang untuk mengunjungi anaknya. Dia kaget karena anaknya dijadikan pekerja seks komersial berkedok pemijat. Dia lantas meminta anaknya pulang. Namun, pengelola hotel tidak mengizinkan ABG itu keluar kecuali orangtuanya menebus dengan uang belasan juta rupiah.

"Dari laporan itu, kami lantas melakukan penyelidikan. Setelah memperoleh petunjuk adanya penyekapan dan kegiatan pelacuran anak-anak di bawah umur kami menggerebek hotel tersebut," kata Kanit Perlindungan Perempuan dan Anak Polrestro Jakarta Barat AKP Sri Lestari kemarin.

Sri yang memimpin penggerebekan itu menyatakan, petugas mendapati 37 ABG yang dijadikan PSK, dengan perincian, antara lain 22 gadis berusia di bawah 17 tahun dan 13 gadis berusia 15 tahun. Sri menambahkan, pihaknya juga menangkap tiga orang dewasa yang diduga sebagai muncikari.

Sementara itu, pemilik hotel dan spa tersebut hingga semalam belum diketahui keberadaannya. Menurut Sri, polisi akan memburu pemilik hotel. "Sudah terbukti ada tempat penampungan gadis di bawah umur di tempat usahanya," ujarnya. (Warta Kota/tos)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com