Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebangkitan Negara Berkembang

Kompas.com - 03/08/2008, 03:00 WIB

Mekanisme SSM yang dicantumkan pada teks tidak mudah diterapkan bagi kepentingan pengamanan produk pertanian lokal terhadap impor. Teks itu mensyaratkan, tambahan bea masuk hanya dapat diterapkan apabila volume impor telah mencapai kenaikan 40 persen dari total impor dan harga mengalami penurunan.

”Batasan 40 persen itu terlalu tinggi. Jika pada saat volume impor mencapai 40 persen baru diberlakukan kenaikan bea impor, pada saat itu petani sudah bunuh diri,” ujar Menteri Perdagangan India Kamal Nath. Dia bertekad menyelamatkan para petani miskin di India dibandingkan harus menyerah pada kekuatan asing.

Indonesia juga berkeras menolak, didasari pertimbangan bahwa jika dengan jumlah impor sebesar itu masih harus ditunggu harga turun pula, maka sudah terlambat digunakan instrumen pengamanan berupa peningkatan bea masuk. Petani tidak dapat lagi bertahan.

SSM yang diinginkan oleh Indonesia dan G-33 adalah mekanisme pengamanan yang mudah diimplementasikan untuk melindungi petani dari masuknya produk impor yang dapat langsung merugikan mereka. SSM dalam konteks produk pertanian tidak seperti safeguard biasa di sektor industri.

Di sektor industri, mesin bisa saja dimatikan untuk sementara jika ada gangguan impor. Namun, petani yang jumlahnya banyak tidak bisa diminta berhenti kerja karena tanaman sudah tertanam dan hasil panen tidak bisa disimpan lama.

Walaupun mendapat banyak tekanan, bahkan dianggap memblok hasil negosiasi, Indonesia dan G-33 terus bertahan terus. Kubu ini juga didukung oleh African Group, Africa Carribean Pacific Group (ACP), dan Small and Vulnerable Economies.

Munculnya kekuatan baru

Kegagalan pertemuan itu juga merupakan bukti adanya keberanian dan kekuatan baru untuk menolak perintah negara-negara maju. Bahkan, Pascal mengatakan, negara berkembang sudah tidak mau lagi terus berada dalam ”kolonialisme” negara-negara maju.

Kekuatan China, India, dan Brasil dalam pertemuan WTO pekan lalu sangat signifikan. Khususnya China. Negara itu sekarang lebih kaya dan lebih percaya diri sehingga memainkan peranan penting dalam perdebatan perdagangan global. Tak pelak, China juga mendapat kritikan pedas dari AS.

Secara tidak terduga, China bersama India berperan penting dalam melindungi petani dari gempuran produk pertanian impor. AS menuduh kedua negara itu sebagai penyebab utama gagalnya pertemuan Geneva pekan lalu. Utusan China balas menuduh AS menuntut terlalu banyak.

Joseph Cheng, Ketua Pusat Riset China Kontemporer di Universitas City di Hongkong, mengatakan, China hendak memainkan peranan lebih besar dalam perdagangan global.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com