Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebanon, Kadisha, dan Kahlil Gibran (2)

Kompas.com - 14/07/2008, 09:09 WIB

Setahun kemudian, ia bertemu dengan Mary Elizabeth Haskell, putri seorang kolonel yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Cinta pun bersemi di antara mereka. ”Ia memberiku sayap-sayap yang kuat,” tulis Gibran tentang Mary. Tapi rupanya Gibran memilih tidak menikah. Mary kecewa. Ia menganggap, selama ini dirinya cuma beban atau kesedihan bagi Gibran. Dengan cara yang puitis, Gibran menyangkal anggapan itu.

”Apakah saya pernah menganggapmu beban lebih dari kebahagiaan? Apakah beban? Apakah kebahagiaan? Apakah kamu bisa memisahkan satu dengan yang lainnya? Beban dan kebahagiaan lah yang menggerakkan kita. Kamu telah memberiku banyak kebahagiaan, tetapi juga kesedihan. Dan oleh karena itulah, saya mencintaimu,” tutur Gibran.

Tahun 1908, Gibran belajar di Paris untuk memperbaiki tehnik melukisnya. Dua tahun kemudian ia ke London sebelum akhirnya kembali ke Boston. Tahun 1911, ia pindah ke New York. Prosa lirisnya yang pertama dalam bahasa Inggris, ”Si Gila”, terbit (1918). Ia lalu membangun komunitas sastrawan Lebanon dan Arab di sana, Al Rabitat Al Qualamiya.

Namanya mencapai puncak setelah buku puisinya, ”Sang Nabi” terbit, dan sukses tahun 1923, menyusul karyanya, ”Jesus, Putra manusia” (1928), hasil kerjanya tanpa henti selama  18 bulan. Setelah itu, Gibran sakit dan meninggal. Tiga buku puisinya, terbit setelah kematiannya.

Profesor Khalil S Hawi dalam bukunya, Kahlil Gibran, ”His Background, Character and Works” (Beirut, The Arab Institute For Research And Publishing, 1972) menilai, meski mendapat banyak sentuhan karya sastra Arab, karya Gibran terpengaruh gaya romantisme Barat dan Sastrawan Nietche. ”Yang patut dipuji adalah karyanya, 'Sang Nabi'. Di sana ia memandang hidup lebih tenang dan optimis dengan caranya sendiri. Ia percaya, visinya layak untuk hidup, dan oleh karenanya, harus harus mampu mengubah hidup,” ucapnya.

Dalam, ”Sang Nabi”, lanjut Hawi mengutip Barbara Young, Gibran lebih menghendaki sebuah kota yang modern dan beradab, tanpa lampu lalu lintas!

(Selesai)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com