Tahun 1931, Paska jatuh tanggal 5 April. Sudah beberapa pekan itu, Kahlil Gibran (48) menghabiskan hampir seluruh waktunya di tempat tidur, di sebuah apartemen studionya di
Hari Kamis (9/4) saya menelpon dia. Suaranya membuat saya khawatir. Saya lalu pergi menemui Anna Johansen, istri Janitor yang setiap hari mengantarkan sarapan buat dia. Ternyata Anna sudah minta tetangga Kahlil, Nyonya Jacob, seorang pelukis, dan suaminya, menjenguk Kahlil. Keduanya sudah memanggil dokter dan akan membawa Kahlil ke Rumah Sakit (RS) Santo Vincentius, Jumat (10/4) pagi.
Hari Kamis itu, saya duduk menunggui Kahlil di ranjangnya. Dia terus saja berbicara dan melucu. Dia jadi kurang tidur. Beberapa menit sebelum ambulans datang, kesehatan Kahlil memburuk. Dia melihat saya gugup melihat kondisinya. Waktu dia turun tangga, dia mengatakan, "Jangan gugup. Semuanya baik-baik saja". Ternyata, itulah ucapannya terakhirnya saat dia masih sadar. Jumat sekitar pukul 23.00, ia menghembuskan nafas terakhirnya.
Tepatnya Jumat, 10 Agustus pukul 22.55, tahun 1931, Penyair, Filsuf dan Pelukis yang nama aslinya, Jibran Khalil Jibran, kelahiran (ada yang menyebut 6 Desember, versi lain 6 Januari) 1883 itu, kembali ke haribaan Nya.
Ia meninggalkan 16 karya prosa liris dan puisinya, serta 173 karya lukis, sketsa, dan gambar. Delapan prosa liris dan puisinya dalam bahasa Arab adalah : Musik (1905), Bidadari Lembah (1906), Semangat Perlawanan (1908), Sayap-Sayap Patah (19120, Air Mata dan Senyum (1914), Prosesi (1919), Prahara (1920), Penciptaan dan Orisinalitas (1923). Delapan lainnya dalam bahasa Inggris : Si Gila (1918), Pertanda (1920), Sang Nabi (1923), Lumpur dan Busa (1926), Jesus Anak Manusia (1928), Dewa Bumi (1931), Pengembara (1932), dan Taman sang Nabi (1933).
Tanggal 21 Agustus, jenasah Kahlil tiba di
Keluarga miskin
Gibran lahir di tengah keluarga miskin di Desa Bsharre/Besharri/Bisharri/, di Lembah Qadhisa/
Ketika usianya delapan tahun, ayahnya dipenjara karena terlibat pungutan liar. Sang ibu lalu memutuskan berimigrasi bersama keempat anaknya, ke
Setahun kemudian, ia bertemu dengan Mary Elizabeth Haskell, putri seorang kolonel yang sepuluh tahun lebih tua darinya. Cinta pun bersemi di antara mereka. ”Ia memberiku sayap-sayap yang kuat,” tulis Gibran tentang Mary. Tapi rupanya Gibran memilih tidak menikah. Mary kecewa. Ia menganggap, selama ini dirinya cuma beban atau kesedihan bagi Gibran. Dengan cara yang puitis, Gibran menyangkal anggapan itu.
”Apakah saya pernah menganggapmu beban lebih dari kebahagiaan? Apakah beban? Apakah kebahagiaan? Apakah kamu bisa memisahkan satu dengan yang lainnya? Beban dan kebahagiaan lah yang menggerakkan kita. Kamu telah memberiku banyak kebahagiaan, tetapi juga kesedihan. Dan oleh karena itulah, saya mencintaimu,” tutur Gibran.
Tahun 1908, Gibran belajar di
Namanya mencapai puncak setelah buku puisinya, ”Sang Nabi” terbit, dan sukses tahun 1923, menyusul karyanya, ”Jesus, Putra manusia” (1928), hasil kerjanya tanpa henti selama 18 bulan. Setelah itu, Gibran sakit dan meninggal. Tiga buku puisinya, terbit setelah kematiannya.
Profesor Khalil S Hawi dalam bukunya, Kahlil Gibran, ”His Background, Character and Works” (Beirut, The Arab Institute For Research And Publishing, 1972) menilai, meski mendapat banyak sentuhan karya sastra Arab, karya Gibran terpengaruh
Dalam, ”Sang Nabi”, lanjut Hawi mengutip Barbara Young, Gibran lebih menghendaki sebuah kota yang modern dan beradab, tanpa lampu lalu lintas!
(Selesai)