Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebanon, Kadisha, dan Kahlil Gibran (2)

Kompas.com - 14/07/2008, 09:09 WIB

Tahun 1931, Paska jatuh tanggal 5 April.  Sudah beberapa pekan itu, Kahlil Gibran (48) menghabiskan hampir seluruh waktunya di tempat tidur, di sebuah apartemen studionya di Boston, Amerika Serikat (AS). "Malam Paska, saya menghabiskan waktu bersamanya. Malam itu ia merasa kondisi kesehatannya lebih baik". Demikian  isi surat Barbara Young kepada Margaret Lee Crofts.  (Kahlil Gibran, His Life and World, Jean Gibran & Kahlil Gibran, Interlinkbooks, New York 1998).

Hari Kamis (9/4) saya menelpon dia. Suaranya membuat saya khawatir. Saya lalu pergi menemui Anna Johansen, istri Janitor yang setiap hari mengantarkan sarapan buat dia. Ternyata Anna sudah minta tetangga Kahlil, Nyonya Jacob, seorang pelukis, dan suaminya, menjenguk Kahlil. Keduanya sudah memanggil dokter dan akan membawa Kahlil ke Rumah Sakit (RS) Santo Vincentius, Jumat (10/4) pagi.

Hari Kamis itu, saya duduk menunggui Kahlil di ranjangnya. Dia terus  saja berbicara dan melucu. Dia jadi kurang tidur. Beberapa menit sebelum ambulans datang, kesehatan Kahlil memburuk. Dia melihat saya gugup melihat kondisinya. Waktu dia turun tangga, dia mengatakan, "Jangan gugup. Semuanya baik-baik saja". Ternyata, itulah ucapannya terakhirnya saat dia masih sadar.  Jumat sekitar pukul 23.00, ia menghembuskan nafas terakhirnya.

Tepatnya Jumat, 10 Agustus pukul 22.55, tahun 1931, Penyair, Filsuf dan Pelukis yang nama aslinya, Jibran Khalil Jibran, kelahiran (ada yang menyebut 6 Desember, versi lain 6 Januari) 1883 itu, kembali ke haribaan Nya.

Ia meninggalkan 16 karya prosa liris dan puisinya, serta 173 karya lukis, sketsa, dan gambar.  Delapan prosa liris dan puisinya dalam bahasa Arab adalah : Musik (1905),  Bidadari Lembah (1906), Semangat Perlawanan (1908), Sayap-Sayap Patah (19120, Air Mata dan Senyum (1914), Prosesi (1919), Prahara (1920),  Penciptaan dan Orisinalitas (1923). Delapan lainnya dalam bahasa Inggris : Si Gila (1918), Pertanda (1920), Sang Nabi (1923), Lumpur dan Busa (1926), Jesus Anak Manusia (1928), Dewa Bumi (1931), Pengembara (1932), dan Taman sang Nabi (1933).

Tanggal 21 Agustus, jenasah Kahlil tiba di Beirut, Lebanon, disambut ribuan pelajar, petinggi negara, dan Gereja Maronit. Hari berikutnya, jenasahnya di bawa ke Bsharre. Puluhan ribu orang membentuk pagar manusia dari Beirut sampai Bsharre.

 

 Keluarga miskin

Gibran lahir di tengah keluarga miskin di Desa Bsharre/Besharri/Bisharri/, di Lembah Qadhisa/Kadisha, Lebanon Utara (baca juga tulisan pertama, "Lebanon dari Lembah Kadisha"). Ayahnya, Khalil, cuma petani gurem. Ibunya, Kamle (Kamila) Rahme, adalah janda beranak satu, Boutros. Gibran sendiri memiliki dua adik perempuan, Mariana dan Sultana (Sultaneh). ”Waktu saya kanak-kanak, saya tidak tahu apa itu kesedihan. Yang saya tahu, saya lama mengerjakan segala sesuatu sendiri, sunyi. Mereka tidak pernah mengajak saya bermain bersama,” kata Gibran.

Ketika usianya delapan tahun, ayahnya dipenjara karena terlibat pungutan liar. Sang ibu lalu memutuskan berimigrasi bersama keempat anaknya, ke Boston, AS, mencari penghidupan yang lebih layak.  Gibran kembali ke Lebanon belajar Sastra Arab dan Perancis di Kolese La Sagess (versi lain menyebut di al-Hikmah), Beirut, tahun 1897/1898.  Tanggal 28 Juni 1903, ibunya meninggal karena kanker, menyusul adik perempuannya, Sultana (16), dan kakak tirinya, Boutros, karena TBC.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com