Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lebanon, Kadisha, dan Kahlil Gibran (1)

Kompas.com - 14/07/2008, 09:09 WIB

DI jalan menuju perbukitan dan lembah Kadisha, Lebanon Utara, tepatnya di tikungan kota kecil Hadchit, suatu siang, kami seperti tiba di dunia lain. Puncak Gunung Mar Elias dan Gunung el Mekmel di bentangan Pegunungan Lebanon, berkilauan tertutup salju. Meski demikian, kaki-kakinya masih diselimuti warna hijau pepohonan, dan coklat dinding-dinding batu alam.

Di tikungan lain, terbentang panorama lebih indah dengan bentangan pemandangan lebih luas. Ini membuat kami kagum sekaligus takut di tengah jalanan yang diapit tebing-tebing curam yang dalam.

"Coba lihat ke sana," kata seorang kawan menunjuk jari telunjuknya ke atas, sambil tersenyum. Astaga! Permainan cahaya bak dari surga. Cahaya matahari menembus awan, jatuh ke permukaan bersalju, memantulkan pelangi yang jatuh ke lembah nan hijau, ke jurang, dan berhenti berkaca di beberapa kelokkan sungai yang tampak hanya selebar 10 cm. Kami berebut mengambil gambar dari balik mobil.

Kawasan Kadisha yang berada di ketinggian 2000 meter dari permukaan laut itu, sejak 1920 dikenal sebagai satu dari lima kawasan White Lebanon (kawasan bermain ski) disamping lima kawasan lain, Zaarour, Kferdebian, Laqlouq, Qanat Bakish, dan Faqra-Kferdebian (Lebanon, The Official Guide, Ministry of Tourism, Paravision).

Tapi tampaknya Kadisha masih lebih molek dari kelima kawasan White Lebanon itu, karena memiliki hutan pohon cedar/aras. Hanya Kadisha yang memiliki hutan cedar nan luas. Itu sebabnya Lembah Kadisha juga disebut, Lembah Cedar.

Di musim dingin seperti awal Desember itu, salju tak mampu menutup kehijauan pepohonan cedar, yang dikenal sebagai pohon keabadian karena tetap menghijau di empat musim. Pohon yang bisa hidup ratusan tahun ini, sejak 1350 sebelum Masehi telah menjadi pohon kebanggaan orang-orang Phunisia (nenek moyang Bangsa Lebanon).

Selain kuat, dan berserat indah, kayunya juga menebar wangi, bak kayu cendana. Tak heran bila gelondongan kayu pohon cedar yang bisa memiliki diameter sampai tiga meter lebih itu, menjadi tiang-tiang andalan Istana Salomo, serta rumah-rumah orang kaya di kawasan Timur Tengah, sejak Kekaisaran Mesir . Orang Phunisia sendiri sejak sekitar abad 1100, mengandalkan kayu cedar sebagai kayu utama perahu-perahu mewah yang mereka buat. Alasannya, tahan usia dan cuaca (Illustrated History of The Lebanon, Nayla de Freige & Maria Saad, Messageries du Moyen-Orient).

Maronit

Sampai tepian jurang, kami melihat rumah-rumah penduduk desa dibangun berhimpitan sampai tepi jalan beraspal. Di sela-selanya, muncul menara-menara gedung gereja Katolik Maronit. Bukan cuma gedung gereja, tapi juga biara-biara dan pertapaan para rohaniawan Maronit. Bangunan itu dibuat terintegrasi dengan gua-gua di perut perbukitan.

Kawasan Kadisha memang dikenal sebagai salah satu wilayah umat Maronit di Lebanon. Menurut Patriarch Douaihy (The Maronites, History and Constants, Antoine Khoury Harb, The Maronite Heritage, English Edition 2001), Kaisar Theodosius (378-395) membangun biara, sekitar tahun 375, tahun sebelum Santo Abraham dari Cyrrhus dan para murid Santo Simon Stylites, menyebarkan agama Maronit di sana.

Karena dibangun terintegrasi, bangunan biara dan pertapaan terkesan menyatu dengan alam. Lorong-lorong guanya memberi kehangatan di tengah udara yang menggigil di luar. Beberapa biara di sana antara lain, Biara Santo Antonius dari Qouzhaiya, Biara Martir Lisha, serta Biara Santo Elysium. Sejak akhir abad ke-16, ibadah di biara-biara dan pertapaan itu menggunakan bahasa Suriah.

Ketakjuban kami pada Kadisha membuat kami nyaris lupa tujuan perjalanan kami, ke rumah dan makam merangkap museum Penyair, Filsuf, dan Pelukis Lebanon, Kahlil Gibran, di kota kecil Bsharre, Kadisha (Baca juga tulisan, ”Gibran, Dari Boston ke Bsharre”).

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com