JAKARTA, KAMIS - Pelapor Khusus Mei 1998 melaporkan bahwa korban kekerasan seksual benar ada dalam kasus Mei 1998, namun mereka lebih memilih bungkam karena alasan psikologis terkait pengalaman masa lalu mereka yang kelam.
"Korban kekerasan seksual ada di Mei 1998, sebagian besar dalam bentuk perkosaan yang dilakukan dalam bentuk gang-rape atau bergilir," ujar Saparinah Sadli mewakili Pelapor Khusus Mei 1998 dalam acara Peringatan 10 Tahun Peristiwa Kerusuhan Mei 1998 di Jakarta, Kamis (15/5).
Bentuk perkosaan yang ditemukan juga bukan hanya sekedar penetrasi alat kelamin, melainkan juga upaya memasukkan alat-alat yang merusak sistem reproduksi ke alat kelamin korban. Selain itu, juga ditemukan banyak upaya percobaan dan pelecehan seksual yang jumlahnya melebihi laporan Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) Mei 1998 yang dibentuk oleh Presiden BJ Habibie. "Jumlahnya tidak dapat dipastikan, tapi melampaui laporan TGPF yang tercatat 85 kasus yang diverifikasi," tambah Saparinah.
Kekerasan seksual terhadap perempuan berumur 5-50, baik yang sudah menikah maupun belum ini, terjadi di Jakarta, Solo, Surabaya, Medan, dan Palembang, dan dilakukan di tempat-tempat umum seperti taksi dan jalan raya, kecuali bentuk perkosaan gang-rape yang umumnya terjadi di rumah korban.
Menurut Saparinah, para korban ini memilih untuk terus diam atau membisu karena di tingkat personal, para korban kehilangan kepercayaan kepada orang lain, termasuk diri sendiri. "Mereka masih trauma dan berusaha memutus hubungan dengan masa lalu, ada yang gila, meninggal, bahkan bunuh diri," tutur Saparinah.
Dari laporan ini pula dilihat banyak faktor eksternal yang dinilai mendukung keputusan korban untuk bungkam, seperti sikap negara yang belum tegas menindaklanjuti pemenuhan hak korban, sistem hukum yang belum mendukung terjadinya pemenuhan hak atas keadilan dan jaminan perlindungan saksi korban, dan cerita sejarah yang tidak pernah tuntas mengungkap peristiwa ini. Selain itu, sikap masyarakat baik yang percaya, menolak, ragu, maupun apatis serta kondisi keluarga yang kurang menolak untuk tampil di depan publik mengambil porsi yang cukup besar juga untuk membuat korban tetap bungkam. (LIN)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.