Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Aset Sejarah Alam Dunia dan Rumah Satwa Sulawesi

Kompas.com - 30/04/2008, 01:51 WIB

”Di CA Tangkoko-Batuangus dapat dijumpai satwa dari kedua zoogeografi tersebut karena Sulawesi terletak di Kawasan Wallacea, suatu kawasan yang merupakan percampuran atau zona transisi dua wilayah Zoogeografi, Asia dan Australia,” ujar Saroyo.

Kawasan Wallacea dibatasi oleh dua garis imajiner, yaitu Garis Wallace di sebelah barat dan Garis Lydekker di sebelah timur. Sebagai batas imbangan dibuat garis imajiner ketiga, yaitu Garis Weber. Garis Wallace diajukan oleh Alfred Russel Wallace, seorang ahli alam yang melakukan eksplorasi pulau-pulau antara tahun 1854 dan 1862. Garis Wallace terletak di antara Bali dan Lombok berjalan ke atas melalui Selat Makassar di antara Kalimantan dan Sulawesi.

Yang termasuk dalam kawasan Wallacea meliputi Sulawesi, Nusa Tenggara, dan Maluku. Di dalam Kawasan Wallacea ini tercampur flora dan fauna berciri kedua zoogeografi dengan sejumlah besar spesies endemik, yaitu spesies yang hanya ditemukan pada wilayah geografi tertentu dan tidak ditemukan di tempat lain di dunia.

Tangkoko adalah salah satu pusat keanekaragaman hayati paling penting di dunia sehingga di dalamnya dapat diamati dan dipelajari berbagai kekayaan hayati. ”Bagi seorang penjelajah, walaupun bukan ilmuwan, mengamati dan mempelajari flora dan fauna di Tangkoko merupakan pengalaman yang luar biasa dan akan dikenang sepanjang masa,” ujar Saroyo yang menulis Buku Panduan Mendaki Tangkoko.

Selain merupakan cagar alam yang mewakili keanekaragaman hayati Sulawesi, di Tangkoko juga terdapat tiga tipe ekosistem, yang dimulai dari ekosistem pantai sampai puncak Gunung Tangkoko yang memiliki ketinggian 1.109 meter dari permukaan laut.

Bagi yang akan menjelajah Tangkoko tentu akan menjumpai berbagai kekayaan hayati di kawasan konservasi ini. Dari stasiun penelitian I-III (Pos I-III) dapat dijumpai ekosistem hutan tropis dataran rendah dan dataran tinggi. Dari Pos I ke Pos III akan terlihat ekosistem padang rumput, yang didominasi rumput gelagah. Di padang rumput ini juga hidup berbagai satwa terutama burung weris (Ralidae) dan gemak (Turnicidae).

Sebelum mencapai Pos II akan dijumpai hutan tropis sekunder, di mana terdapat pohon dan beberapa tanaman pionir seperti sirih hutan, kayu bunga, dan binunga. Di depan Pos II dan Pos II terdapat pantai dan berbagai jenis tumbuhan.

Untuk memasuki kawasan ini harus mengantongi surat izin masuk kawasan konservasi (Simaksi) dari BKSDA Sulut. Adapun untuk menuju kawasan tersebut bisa menggunakan kendaraan pribadi, atau menggunakan bus dari Terminal Paal Manado menuju Terminal Tangkoko, Bitung. Dari terminal bisa naik angkutan umum jurusan pusat kota Bitung dan turun di perempatan Girian. Untuk menuju ke Kampung Batuputih, selain kendaraan bak terbuka bisa juga dengan ojek. Di kampung ini ada Pos I Resor BKSDA. Untuk masuk kawasan TWA Batuputih harus melapor dan membayar tiket masuk Rp 15.000 (wisatawan asing) dan Rp 2.000 (wisatawan lokal).

BKSDA

Mengenai pengelolaan kawasan konservasi Tangkoko, Kepala BKSDA Sulut Ir Dominggus menegaskan, Tangkoko adalah kawasan konservasi, kalaupun ada wisatawan yang berkunjung ke sana, hanya sampai di TWA Batuputih, jarang ada wisatawan yang sampai ke CA Tangkoko-Batuangus.

Mengenai perburuan dan perusakan habitat, Dominggus yang menjadi Kepala BKSDA Sulut sejak tahun 2004 membenarkan, pada waktu lalu banyak warga yang memasuki kawasan cagar alam untuk menangkap tikus dan kelelawar.

”Tetapi akhir-akhir ini sudah berkurang karena kesadaran masyarakat semakin meningkat. Bahkan terhadap tarsius belum pernah kami menemukan ada yang menangkap, mungkin juga karena masyarakat menyadari bahwa banyak orang datang ke Tangkoko untuk melihat tarsius,” ujarnya.

Dominggus mengakui, petugas lapangan BKSDA Sulut hingga kini masih menemukan perangkap-perangkap untuk menangkap satwa. Namun, yang masih sering ditemukan adalah usaha pencurian kayu yang dilakukan masyarakat di wilayah cagar alam. ”Memang ada juga yang nakal,” ujar Dominggus. (SONYA HELLEN SINOMBOR)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com