Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benjang, Gulat Asli Sunda

Kompas.com - 19/04/2008, 11:02 WIB

"Dulu siapa pun bebas bertarung tanpa mempertimbangkan besar atau kecil tubuh. Maknanya, seseorang harus bisa mengukur kemampuan diri dan emosi secara mandiri dan kemampuan lawan yang dihadapi. Tapi, sekarang harus ditimbang terlebih dahulu," katanya. Uji sportivitas

Menurut Eutik, mantan pebenjang Ujungberung, ketika dimainkan pertama kali, benjang memang ditujukan untuk menguji keberanian dan sportivitas. Istilahnya, daripada berkelahi di luar, lebih baik menguji kekuatan di arena pertandingan.

Namun, benjang pernah tercoreng saat pemerintah melarang tampil pada tahun 1970-1980. Alasannya, pementasan benjang selalu menimbulkan keributan fisik.

Benjang perlahan bangkit dan sangat ketat terhadap pelakunya. Ada banyak aturan sebelum bertanding. Sebelum turun ke arena pertandingan, pebenjang tidak diperbolehkan mencolok mata, menendang, dan menonjok.

Teknik yang dimainkan pun bermacam-macam, di antaranya nyentok hulu (mengentak), ngabeluit (membelit), engkel (gerakan mengunci ketiak), dan dengkekan (piting).

"Pembeda paling sederhana antara gulat dan benjang antara lain bila pebenjang sudah menjatuhkan lawan ke tanah, dia adalah pemenangnya" katanya.

Sebagai salah satu kesenian bela diri, benjang juga tidak ingin terhenti dalam bentuk tradisional. Sama seperti pencak silat, benjang juga ingin dikenal lebih luas.

Akan tetapi, benjang tidak setiap saat dilakukan. Akibatnya, benjang lebih dikenal sebagai tradisi, bukan olahraga prestasi.

Sejauh ini di tataran olahraga prestasi, benjang hanya menjadi pertandingan ekshibisi di beberapa pertandingan olahraga gulat. Padahal, menurut Karma, pebenjang asal Majalengka, potensi gulat ini tidak kalah besarnya. Sama seperti pencak silat, benjang di daerah juga telah menghasilkan prestasi tersendiri dengan tetap mengusung kekhasannya. Bahkan, namanya dikenal hingga ke Jepang. Tahun 2004 benjang pernah dijadikan studi banding penggiat olahraga sumo.

Wulandari, Sekretaris Paguron Benjang Libot di Kampung Ciwaru, Desa Cilengkrang, Kecamatan Cilengkrang, Kabupaten Bandung, berharap suatu saat atlet benjang bisa seperti atlet gulat yang berlaga di kejuaraan nasional bahkan internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com