Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Taksi Black Cab dan Bus Double Decker

Kompas.com - 16/04/2008, 20:45 WIB


HARI pertama di London saya musti bertanya ke bagian concierge kemana musti melangkah, masih disoriented soalnya. Menurut petunjuk, letak kantor hanya sekitar 15 menit, jalan kaki dari hotel tempat saya menginap. Petugas concierge yang saya temui menerangkan arah secara cepat, tidak pakai basa-basi juga tidak pakai senyum.

"Keluar hotel, belok kanan, lurus, nanti ketemu gerbang besar dan kantornya ada di sekitar situ." Ok deh…! Lain banget sama pelayanan concierge yang biasa saya dapatkan di hotel-hotel Indonesia -- bangsa kita itu ramah dari sononya. Tepat jam 07.10 saya melangkahkan kaki keluar pintu utama Hotel The Strand Palace. Brrrr… udara dingin langsung menyambut dan memeluk saya. Mantel tebal, syal dan sarung tangan yang saya pakai sepertinya harus dilapis lagi.

Nah, sekarang saya tahu, kenapa para pejalan kaki di London selalu bergegas dan tidak menghabiskan waktu dengan ngobrol sambil jalan? Menurut ramalan cuaca yang saya dengar di TV cuaca di London rata-rata 6-8 derajat celcius di pertengahan Maret 2008. Hmm... sangat dingin buat ukuran orang melayu seperti saya.

Kesan pertama ketika melihat London hari itu, basah dan dingin. Bukan hanya cuacanya yang dingin menusuk tulang, tapi juga 'aura' yang saya dapat dari orang-orang di sekitar, individualistis khas metropolis. Segera saya bergerak mengikuti arah petunjuk yang diberikan dan dalam sekejab saya sudah berbaur dengan para pejalan kaki dan berubah menjadi individualistis juga, sama seperti mereka.

Menyusuri Strand Street, saya melihat pemandangan khas kota London. Kotak telepon berwarna merah, firehose warna merah di setiap sudut-sudut jalan. Dan yang sangat dibanggakan warga kota adalah bus double decker warna merah yang menjadi ikon suvenir London dimana-mana. Saya juga melihat lebih banyak taksi black cab berada di jalan-jalan dibandingkan kendaraan pribadi. Nah taksi yang dulu aslinya semua berwarna hitam sekarang warnanya bermacam-macam.  Bahkan ada yang pink, lucu deh... Rata-rata badan taksi ditunggangi iklan komersial. Walaupun demikian tetap disebut black cab, karena sudah terlanjur terkenal dengan sebutan itu.

Taksi model black cab ini maksimum untuk lima penumpang yang bisa duduk saling berhadapan. Dua tempat duduk di belakang sopir otomatis akan terlipat bila tidak ada penumpangnya. Sedangkan dua tempat lagi berada di ujung belakang, sehingga bila hanya mengangkut dua orang, maka ruang untuk kaki penumpang sangat lega dan nyaman. Bahkan bisa selonjoran.

Ternyata kelegaan ruangan tersebut diperuntukkan bagi penumpang yang berkursi roda. Setiap tempat duduk, juga yang tambahan, dilengkapi dengan sabuk pengaman yang wajib digunakan seluruh penumpang. Di musim dingin, taksi otomatis menggunakan heater untuk menghangatkan penumpang dan pengendaranya. Untuk berkomunikasi dengan sopir taksi, di atas tempat duduk penumpang dilengkapi dengan speaker dan microphone sehingga bisa saling mendengar dengan jelas, walaupun ada sekat pembatas kaca yang terletak di belakang pengemudi.

Semua taksi di London menerima pembayaran dengan kartu kredit tanpa ada charge tambahan maupun  batasan jumlah ongkos minimum. Mereka juga menyediakan kuitansi resmi bila kita memintanya. Ongkos taksi di London, sangat mahal dibandingkan taksi kita. Biaya awal otomatis akan berada diangka £2,2, saat pertama kita naik atau setara dengan Rp 42,000. Untuk perjalanan yang cuma sekitar lima menit menempuh jarak hanya beberapa blok, saya musti membayar sekitar £5 atau sekitar Rp 90,000, berarti setara dengan setengah perjalanan ke arah Bogor dari daerah Semanggi, Jakarta.

Untuk perjalanan dari hotel di tengah kota ke Bandara Heathrow yang memakan waktu sekitar 40 menit, saya musti membayar £64 atau sekitar Rp 1,250 juta. Wow, biaya termahal yang pernah saya bayar untuk perjalanan ke bandara. Di beberapa sudut jalan London, saya melihat bunga-bunga jenis perdu yang tingginya hanya sekitar 10-15 cm, berwarna-warni bermekaran sempurna. Ada yang berwarna kuning, ungu, pink, merah dengan daun-daun hijaunya yang rimbun, cantik sekali!. Bunga-bunga jenis ini mulai muncul sekitar awal Maret.

Ha...seakan menyambut kedatangan saya di London. Sangat kontras dengan pohon-pohon besar yang hanya mampu menunjukkan batang dan ranting-rantingnya yang menjulang, tanpa daun satu lembarpun setelah gugur kehilangan seluruh daunnya di awal musim dingin. Inilah pemandangan khas negeri musim dingin ketika akan memasuki musim semi.

Rata-rata para pekerja yang berpapasan dengan saya di jalan mengenakan jaket warna gelap dan sepatu boot kulit yang juga berwarna hitam. Pembedanya adalah adalah aksen warna di syal yang berlainan. Walaupun demikian mereka tetap tampil modis. Sepertinya benda-benda itu merupakan must have and must wear pada saat cuaca seperti ini, kalau tidak mau menggigil kedinginan.

Semua trotoar jalan yang saya lalui nyaman dan bersih. Rata-rata lebarnya sekitar 4-6 meter. Setiap kali mau menyeberang selalu ada tulisan besar warna kuning di aspal look right atau look left lengkap dengan anak panahnya, supaya kita waspada. Semua tombol dan lampu penyeberangan berfungsi dengan baik. Oh... ya mobil di sana berjalan di sisi kiri jalan sama seperti di Indonesia.

Ketika sedang menunggu bus, setelah keluar masuk beberapa toko untuk sekedar window shoping di Oxford Street, dimana hampir semua pertokoan terkenal ada di sini seperti: Selfridges, The Body Shop, Debenhams, House of Fraser, Mark & Spencers. Saya sempat terheran-heran karena bus dengan nomor yang saya inginkan tidak mau berhenti walaupun saya sudah berdiri tepat di depan halte bus tersebut.

Mengapa? Ternyata dari informasi seorang calon penumpang, saya harus menunggu di halte sebelumnya karena pemberhentian bus biasanya diselang-seling, untuk mengurangi kemacetan jalan, khususnya di jalan yang terbilang padat seperti Oxford Street. Jadi kita harus melihat nomor-nomor yang tertera di papan samping setiap halte. Ooh... ketahuan deh kalau saya bukan orang sana.

Yang bikin tambah menyenangkan, di atas semua halte bus, ada papan tulisan digital satu baris yang memberikan informasi bus nomor berapa yang akan segera muncul, lengkap dengan perkiraan menitnya. Asyik ya... Semua bus di London, otomatis akan miring ke kiri setiap kali berhenti untuk mensejajarkan level ketinggian lantai bus dengan tinggi halte. Sehingga memudahkan para orang tua atau anak-anak kecil yang akan naik atau turun dari bus. Bahkan untuk penumpang yang berkursi roda atau penumpang yang membawa kereta bayi, ada tambahan pijakan datar yang dapat dikeluarkan dari badan bus agar menyatu ke lantai halte dan tidak ada gap sama sekali. Dengan begitu mereka dapat naik dengan mudah.

Di dalam bus pun ada tempat khusus yang memang disediakan untuk mengakomodir penumpang dengan kebutuhan khusus semacam ini. Aman dan nyaman. Tidak ada bus yang ngebut di jalan, semua berjalan secara teratur dan tertib. Tiket bus bisa dibeli disetiap halte, tapi mesin yang ada di situ hanya menerima uang koin. Alternatif lain kita bisa membeli tiket di setiap tempat informasi untuk turis atau di stasiun kereta, bahkan juga dijual secara online.

Untuk berjalan-jalan di London secara hemat selama satu hari penuh, saya memutuskan membeli one day pass yang bisa digunakan untuk semua moda transportasi di sana tanpa ada batasan jarak dan tanpa limit untuk berapa kali perjalanan. Taripnya sekitar £6,7. Bandingkan dengan harga tiket bus normal yang untuk satu kali perjalanan saja mencapai £2.

Dengan tiket tersebut, saya bisa keliling kota sepuasnya seharian penuh, mengunjungi, London Tower, London Bridge, London Eye, Big Ben, Parliament Building, Trafalgar Square, British National Museum, Oxford Street. Hmmm.. pendek kata puas deh....semua dicapai dengan transportasi umum. Kapan ya Jakarta bisa seperti ini...... (Dina L)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com