Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Issei" Tanaka, dari Fuji ke Merapi

Kompas.com - 16/04/2008, 01:46 WIB

Setelah sempat dicurigai sebagai mata-mata Belanda dan ditahan oleh Badan Keamanan Rakyat, Tanaka kemudian justru diangkat sebagai anggota kesatuan itu. Tugasnya, mengintai pergerakan tentara Belanda.

Tanaka dan keluarganya mengikuti pergerakan pasukan Siliwangi hingga ke Yogyakarta. Di kota itu dia bertemu dengan Suryadarma, Komandan Angkatan Udara Tentara Indonesia, yang semasa penjajahan Jepang pernah berhubungan baik dengan Tanaka. Dia lalu bergabung dengan Angkatan Udara.

Sejak tahun 1951 dia menetap di Kaliurang, dengan surat tugas resmi dari Angkatan Udara Republik Indonesia sebagai pengelola Rumah Kesehatan Kaliurang—sekarang menjadi Hostel Vogel. Di lereng Gunung Merapi itulah Tanaka membesarkan delapan anaknya.

Sesekali Tanaka diminta membantu proyek Jepang di Indonesia, misalnya pembangunan Hotel Ambarukmo yang didanai dengan dana pampasan perang Jepang. Pada 17 Agustus 1995, Tanaka, yang berstatus veteran Tentara Indonesia ini, mendapat penghargaan atas jasa-jasa pengembangan persahabatan Indonesia-Jepang dari Duta Besar Jepang.

Bagi Tanaka, Gunung Merapi ibarat hidupnya yang kedua. Hidupnya yang pertama di bawah naungan Gunung Fuji. ”Saya menjalankan kehidupan kedua ini dengan nama Abdul Rosid. Saya berusaha menjaga sikap tidak mendahulukan kepentingan sendiri, menjauhkan diri dari sifat rakus, serta tidak mengganggu orang lain. Saya mengharapkan bisa berperan sebagai salah satu batang kayu penjaga jembatan penghubung Jepang dan Indonesia,” tulis Tanaka dalam buku kecil Tapak Tilas Tanaka, yang dibuat keluarganya menyambut ulang tahun ke-100 Tanaka, Oktober 2007.

”Saya yakin, apa yang saya lakukan tidak salah, asalkan anak-anak saya, tiga laki-laki dan lima perempuan, masing-masing bisa menunjukkan kehidupan yang benar sebagai orang Indonesia yang mewarisi darah Jepang...,” tambah Tanaka.

Hari-hari Tanaka kini sepi semenjak Eulis meninggal tahun 1997.

”Saya melewati sisa-sisa kehidupan ini dengan rasa sepi, bagaikan angin bertiup dari celah pintu,” ujarnya.

 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com