Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Adnan Buyung: Presiden Belum Ngomong Apa-apa

Kompas.com - 28/02/2008, 20:38 WIB

JAKARTA, KAMIS - Nama mantan Menteri Sekretaris Negara, Yusril Ihza Mahendra, sempat mencuat sebagai salah satu calon hakim konstitusi yang bakal direkomendasikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Bahkan, Yusril sempat disebut-sebut sebagai kandidat ketua Mahkamah Konstitusi periode berikutnya. Namun, sejauh ini, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sama sekali belum membicarakan soal bakal diusungnya Yusril sebagai calon hakim agung.

Pernyataan itu disampaikan oleh anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Watimpres), Adnan Buyung Nasution. Menurut Adnan, sejauh ini, sudah dibentuk tim kecil internal oleh presiden untuk menyeleksi tiga calon hakim konstitusi dari pihak pemerintah.
"Tapi sejauh yang saya tahu, dari pihak presiden belum pernah membicarakan itu. Presiden ketemu saya belum ngomong apa-apa. Memang pernah ada berita soal itu, tapi itu kan dari pihak Yusril," ujar Adnan Buyung di sela-sela acara diskusi bertema Kebebasan Beragama Dalam Konstitusi di kantor PBNU, Jakarta, Kamis (28/2).

Dikatakan Adnan Buyung, oleh Presiden Yudhoyono, Watimpres kini diberi tugas, terutama dirinya yang berada di bidang hukum untuk mempersiapkan sistem dan mekanisme untuk mendapatkan tiga calon hakim Mahkamah Konstitusi. Tim kecil internal inilah yang akan mengajukan calon hakim lewat pintu pemerintah. Selain tiga dari pemerintah, sembilan hakim konstitusi periode 2008-2013, berasal dari DPR dan mahkamah Agung.

"Bahkan, presiden lebih tegas, kalau bisa dari pemerintah calon yang dimunculkan dan dianggap memenuhi kriteria untuk diseleksi tidak hanya tiga, tapi enam," katanya.

Namun, kata Adnan Buyung,  jangankan enam calon, tiga calon saja sulitnya bukan main. Meski, pemerintah akan melakukan rekrutmen lewat lamaran terbuka. Ia menyebut, bahwa rekruitmen untuk calon hakim konstitusi adalah yang paling berat di negeri ini. Ia mencontohkan, dirinya pernah mengikuti banyak proses rekruitmen, pernah di DPR, Komisi Yudisial. "Dan berdasar pengetahuan saya, tidak ada yang seberat MK," katanya.

Dikatakan advokat senior ini, ada sejumlah syarat yang membuat jalan menjadi hakim konstitusi itu begitu sulit. Syarat-syarat yang tertuang dalam UU Mahkamah Konstitusi itu diantaranya, calon hakim agung minimal harus sarjana, berpengalaman tentang masalah hukum, usia di atas 40 tahun, memiliki integritas tinggi, tidak tercela, dan juga seorang negarawan, bukan dari kalangan partai politik (politisi).

"Itu nggak mudah. Apalagi untuk syarat bahwa calon hakim MK harus memiliki integritas tinggi. Sebab, tidak ada parameternya. Kita hanya bisa menelusuri calon bersangkutan," lanjut dia.

Merujuk pada beratnya syarat itulah, Adnan Buyung menegaskan, presiden menginstruksikan tidak harus menunggu siapa yang daftar meskipun pemerintah memang membuka pintu. Tetapi, lanjut Adnan, pihak pemerintah akan melakukan upaya jemput bola.

"Kalau pendaftaran terbuka, kalaupun ada sosok yang memenuhi syarat, mereka pasti segan, malu untuk daftar. Karena itu kita jemput bola. Tapi mekanisme akan seperti apa, itu yang akan kita pikirkan," lanjut Adnan.

Ketika mendapat pertanyaan apakah dirinya masih berminat menjadi hakim agung, mantan ketua YLBHI ini menjawab tegas. "Nggak lah, nggak bagus, mustahil itu. Usia saya sudah 73 tahun, saya serahkan pada junior-junior saya saja," ujar Adnan Buyung. (PersdaNetwork/had)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Bupati Sidoarjo Berulang Kali Terjerat Korupsi, Cak Imin Peringatkan Calon Kepala Daerah Tak Main-main

Nasional
Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Wapres Ajak Masyarakat Tetap Dukung Timnas U-23 demi Lolos Olimpiade

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati terkait Susunan Kabinet

Nasional
Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Soal Dukungan PKB untuk Khofifah, Cak Imin: Kalau Daftar, Kita Sambut

Nasional
Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang 'Toxic'

Jubir Sebut Luhut Hanya Beri Saran ke Prabowo soal Jangan Bawa Orang "Toxic"

Nasional
Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Muslimat NU Kirim Bantuan Kemanusiaan Rp 2 Miliar ke Palestina

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang 'Toxic', Projo: Nasihat Bagus

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang "Toxic", Projo: Nasihat Bagus

Nasional
Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Buktikan Kinerja Unggul, Pertamina Hulu Energi Optimalkan Kapabilitas Perusahaan

Nasional
Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com